Laporan Lengkap PKL Manajemen Pemeliharaan Ternak Ayam Ras Petelur
MANAJEMEN
PEMELIHARAAN TERNAK AYAM RAS PETELUR
DI
DESA BONTO MAJANNANG KECAMATAN SINOA
KABUPATEN
BANTAENG
Laporan Lengkap Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
CV. Wahyu Mandiri Desa Bonto Majannang
Kec. Sinoa
Kab. Bantaeng Prov. Sul-Sel
Oleh :
EDY SUDRAJAT
NIM :
60700112066
JURUSAN
ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016
MANAJEMEN
PEMELIHARAAN TERNAK AYAM RAS PETELUR
DI
DESA BONTO MAJANNANG KECAMATAN SINOA
KABUPATEN
BANTAENG
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
pada CV. Wahyu Mandiri
Desa Bonto Majannang Kab. Bantaeng
Oleh :
EDY
SUDRAJAT
NIM :
60700112066
JURUSAN
ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016
PERNYATAAN
KEASLIAN LAPORAN PKL
Dengan penuh kesadaran,
penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek
Kerja Lapangan ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian
hari terbukti bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan duplikat, atau
dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka laporan Praktek Kerja
Lapang dan nilai yang diperoleh batal.
Gowa,
November 2016
Penyusun
Edy Sudrajat
NIM:60700112066
HALAMAN
PENGESAHAN
Judul : Manajemen Pemeliharaan Ternak Ayam
Ras
Petelur Di Desa
Bonto Majannang Kecamatan Sinoa Kabupaten
Bantaeng
Nama : EDY SUDRAJAT
Nim : 60700112066
Jurusan : Ilmu Peternakan
Pembimbing Utama Pembimbing
Lapangan
( Muh.
Nur Hidayat, S.Pt, M.P ) ( Syamsuddin )
NIP: 19750909 200912 1 001
Dekan Ketua Jurusan
(Prof. Dr. H. Arifuddin
Ahmad, S.Ag., M.Ag) (Dr. Ir.
Muh. Basir Paly, M.Si)
NIP : 19691205 199303 1 001 NIP : 19590712 198603 1 002
KATA
PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Puji syukur kita
panjatkan atas kehadiran Allah STW atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Prektek Kerja Lapangan sesuai dengan waktu
yang ditargetkan, dan laporan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi di jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Melengkapi rasa syukur
dan sekaligus ucapan banyak terima kasih atas segala himbauan dan pengarahan
selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan, maka perkenankanlah saya mengucapkan
terima kasih dan pengharapan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada
bapak pemilik PT.Wahyu Mandiri yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan di salah satu usahanya.
2. Ketua
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, Dr.
Ir. Basir Paly, M.Si selaku penanggung jawab Praktek Kerja Lapangan
3. Dosen
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,
bapak Muh. Nur Hidayat, S.Pt, M.P selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan masukannya.
4. Ayahanda
Sangkala. S, S.Hi, ibunda Sulfiah, Kakanda St. Zakia Drajat, A.Md serta
keluarga tersayang atas do’a dan dukungannya dalam pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ini.
5. Kakanda
dan adinda tercinta Fakultas Sains dan Teknologi terkhusus Jurusan Ilmu
Peternakan serta teman-teman seangkatan Ilmu Peternakan MACANG 2012 atas do’a
dan dukungannya.
6. Teman-teman
yang telah memberikan sumbangsi baik itu waktu serta pemikirannya dalam
pelaksanaan sampai pada penuyusunan laporan, terima kasih untuk semuanya.
Semoga segala bantuan
yang diberikan mendapat amal yang setimpal disisi Allah SWT, dan dapat
bermanfaat terkhusus pada mahasiswa Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar, Amiinn..
Gowa, November 2016
Edy
Sudrajat
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PKL ........... iii
HALAMAN
PENGESAHAN .............................................................. iv
KATA
PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR
ISI ......................................................................................... vi
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................... 8
A. Latar
Belakang ................................................................................ 8
B. Tujuan
Praktek Kerja Lapangan ...................................................... 10
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
A. Ayam
Ras Petelur ............................................................................ 11
B. Jenis
dan Strain Ayam Petelur ........................................................ 17
C. Pedoman
Teknis Budidaya Ayam Ras Petelur .............................. 19
D. Pemeliharaan
Fase Starter, Pertumbuhan dan Produksi .................. 25
E. Pengendalian
Penyakit .................................................................... 33
BAB
III METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN ....................... 39
A. Waktu
dan Tempat .......................................................................... 39
B. Metode
Pelaksanaan ........................................................................ 39
C. Jenis
Data ........................................................................................ 40
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 41
A. Tinjauan
Umum ............................................................................... 41
B. Tinjauan
Khusus .............................................................................. 42
BAB
IV PENUTUP .............................................................................. 49
A. Kesimpulan
...................................................................................... 49
B. Saran
................................................................................................ 49
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................ 50
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan
jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahun terus diimbangi
dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini
berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat.
Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zak gizi bagi tubuh
yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk
nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat
untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu makanan dalam lingkungan
masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara ekonomi, pengembangan
pengusahaan ternak ayam petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis
menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat
berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara
makro terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar
yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil
ternak.
Dalam skala lokal,
konsumsi protein hewani dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, setelah pada
tahun 1998 mengalami penurunan yang tajam akibat dari krisis moneter. Besarnya
peluang pasar ayam petelur ini merupakan kesempatan yang sangat potensial untuk
mengembangkan peternakan ayam petelur. Bagi seorang peternak kesalahan
pemeliharaan ayam akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang buruk sehingga
mengakibatkan hasil produksi menurun.
Ayam petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa
ayam tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan
waktu yang cepat. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 6 bulan dan akan
terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 2 tahun. Dengan total produksi
telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun. Teknik manajemen pemeliharaan
ayam ras petelur yang sesuai sangat diperlukan untuk mencapai hasil produksi
yang optimal.
Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita
perlu memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan,
kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya ternak,
vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan
khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Kunci utama untuk mencapai
produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik, yaitu persiapan awal, terutama
pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer serta didukung
dengan manajemen sistem recording baik.
Dengan adanya penulisan ini, di harapkan kepada mahasiswa
ataupun peternak ayam petelur yang baru memulai usaha mendapatkan masukan
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi secara optimal.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan, yaitu
:
1. Agar mahasiswa bisa terjun langsung kemasyarakat untuk mengaplikasikan
ilmu yang didapat dibangku perkuliahan.
2. Untuk mengetahui permasalahan peternakan di lapangan khususnya tentang
manajemen pemeliharaan ayam ras petelur.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan usaha ayam petelur di daerah
masing-masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ayam Ras Petelur
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam
hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup
banyak. Pengembangan usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di
Indonesia masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein
hewani masih kecil. Ini dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk yang
selalu meningkat dari tahun ke tahu terus diimbangi dengan kesadaran akan arti
penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola
konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama
penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk
mempertahankan hidup (Anonim, 2012).
Sesuai dengan kebutuhan terhadap angka kecukupan energi
rata-rata penduduk Indonesia pada tingkat konsumsi sebesar 2200 Kkal/orang/hari
dengan tingkat ketersediaan energi sebesar 2550 Kkal/orang/hari, dengan angka
kecukupan protein rata-rata sebesar 50 gram/orang/hari pada tingkat konsumsi
dan 55 gram/orang/hari pada tingkat ketersediaan, sedangkan Angka kecukupan
konsumsi lemak minimum setara dengan 10 % dari total energi dan maksimum 25 %
dari total energi, dengan konsumsi yang bersumber dari lemak rata-rata sebesar
20 % (Deptan, 2013). Hal itu berarti target konsumsi protein hewani sekitar 11
g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani penduduk
Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah dibanding
Malaysia, Thailand dan Filipina (Gallu,
2007).
Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara
khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam
hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup
banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat
oleh para pakar Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis
pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan
karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang
baik, sedangkan ayam petelur juga dibudidaya untuk menghasilkan telur dengan
jumlah yang banyak dan kualitas yang baik (Anonim, 2012).
Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya
antara 250 sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat
berumur 5 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai umur
2 tahun. Umumnya produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama
ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan
terus menurun. Sebelum tahun 1940, peternakan ayam petelur hanyalah merupakan
usaha sampingan pertanian belaka. Jumlah ayam yang dipiara para petani hanya
kecil, 20-150 ekor saja, sekedar memenuhi kebutuhan keluarga dan kalau sisa
produksi baru dijual kepasar. Pada saat tersebut, ayam dipiara tanpa kandang;
dilepas dan bebas berkeliaran ke mana pun. Akan tetapi karena adanya suatu
pemikiran bahwa ayam yang berkeliaran itu dianggap berbahaya bagi penyebaran
penyakit, kemanusiaan, ayam-ayam tersebut harus dikurung atau dibuatkan kandang.
Ternyata ayam yang hidupnya terkurung pun produksinya tidak mengecewakan,
justru bagus dan tidak mengganggu serta menghemat tempat. Sistem pemeliharaan
ayam terkurung yang produksinya bagus itu menarik perhatian para peternak
(Kartasujana, 2005).
Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan
sangat penting untuk diperhatian. Karena dengan pemeliharaan yang baik akan
menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat, tingkat
mortalitas yang rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan ayam petelur dengan
produksi telur yang tinggi.
Usaha ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak
lainnya, yakni dengan tujuan untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya
dengan biaya produksi yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu agar usaha
peternakan itu bisa berkembang serta menguntungkan perlu diatur segi manajemen
pemeliharaan yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan ekonomis
(Matitaputy, 2006).
Menurut (Matitaputy, 2006), bahwa segi-segi manajemen
pemeliharaan ayam petelur yang baik dan ekonomis serta memenuhi syarat untuk
mendapakan hasil yang optimal akan coba kita uraikan dalam bahasan sebagai
berikut antara lain ialah:
1. Syarat-syarat sebagai peternak ayam
a. Seorang peternak harus menguasai ilmu. Adapun ilmu yang dimaksud ialah:
·
Pemilihan bibit (breeding),
·
Cara-cara pemberian pakan (feeding),
·
Tatalaksana yang betul
(manajemen),
·
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit (sanitasi),
·
Serta bisa menciptakan
pemasarannya (marketing).
Faktor-faktor inilah yang kiranya akan bisa menunjang
berhasil/tidaknya usaha peternakan. Dengan demikian keberhasilan ini tidaklah
ditentukan oleh modal financial semata-mata, melainkan di lain pihak skill pun
mutlak diperlukan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa seseorang yang memulai dari
modal yang kecil pun bisa juga berkembang, tetapi pada perusahaan lain yang
dimulai dari modal yang besar justru adakalanya mengalami kegagalan kerena
usahanya tanpa didasari skill, dan akhirnya gulung tikar. Itulah
sebabnya maka peternak dituntut memiliki ilmu dan berjiwa peternak.
b. Lingkaran produksi
Pada zaman dahulu, ayam dibiarkan hidup atau dipertahankan sampai umur
5 tahun. Hal ini terjadi karena pada waktu itu ternak ayam sekedar usaha
sampingan pertanian, belum ada tujuam ekonomis. Tetapi dewasa ini, di zaman
modern, usaha ternak menjadi usaha ekonomis, sehingga lingkaran produksi telur
yang optimal harus menjadi pertimbangan. Dewasa ini yang dianggap lingkaran
produksi yang optimal ialah ayam-ayam umur 1,5 – 2 tahun. Ayam petelur yang
lebih dari 2 tahun tidak ekonomis lagi, sebab mereka tak mampu mengimbangi lagi
makanan yang dihabiskan. Itulah sebabnya maka ayam – ayam yang sudah mencapai
umur 2 tahun harus diafkir. Penundaan pengafkiran berarti mengurangi keuntungan.
c. Biaya pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
vaksinasi, sanitasi dan penggunaan obat-obatan yang dicampur makanan/air minim
yang berbentuk feed supplement dan lain sebagainya. Tetapi pada umumnya
para peternak yang belum begitu mahir, segan mengeluarkan uang untuk membeli
obat-obatan tersebut guna mencegah terjadinya infeksi penyakit. Sehingga kelak
bila terjadi suatu wabah, peternak akan menderita kerugian berlipat ganda.
Sebab peternak akhirnya bukan saja kehilangan uang untuk beli obat dan ongkos
dokter, melainkan produksinya pun akan merosot atau lebih fatal lagi, ayam yang
tidak tertolong akhirnya mati. Dan kalau pun ayam tadi bisa sembuh tetapi
ayam-ayam yang habis menderita sakit itu bila dipertahankan sebagai petelur
kurang menguntungkan, sebab konversi makanannya menurun dan bahkan bila
menjadi carrier (pembawa) suatu penyakit. Kesemuanya ini adalah
merupakan pemborosan. Dengan demikian pencegahan memegang peranan penting
karena akan lebih menghemat biaya.
d. Biaya pakan
Yang menjadi persoalan ekonomis atau tidaknya mengenai makanan yang
dihabiskan seekor ayam pada setiap harinya, bukanlah ditentukan oleh harga
makanan semata-mata, melainkan yang memegang peranan penting dalam hasil ini
ialah: perbandingan yang ideal antara harga telur dan makanan ialah 1:5 ke
atas.
e. Pengaturan udara dalam kandang
Jika keadaan udara di dalam kandang diatur baik, dengan menggunakan ventilasi yang sempurna, maka
pemakaian makanan akan lebih ekonomis atau optimal. Keadaan terlampau dingin,
kebutuhan energi akan meningkat dan sebaliknya keadan udara yang terlampau
tinggi akan menimbulkan gangguan metabolisme, akhirnya produksi merosot. Hal
ini berarti penggunaan makanan tidak optimal lagi, yang akhirnya bisa
mengurangi keuntungan.
f. Sistem kandang
Pada sistem kandang battery,
aktivitas ayam untuk bergerak tentu saja sangat kurang bila dibandingkan dengan
ayam pada kandang postal, apalagi bila dibandingkan dengan sistem ren. Karena
aktivitas gerak tubuh pada kandang tersebut sedikit, maka energi yang
diperlukan pun bias dikurangi, sehingga akan lebih menghemat biaya makan.
Menurut penelitian penghematan makanan pada sistem battery bias mencapai 20 gram/ekor per hari.
B. Jenis dan Strain Ayam Petelur
1.
Jenis ayam petelur ras
terbagi menjadi dua
a. Tipe ayam petelur ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan
ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya
berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni
white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial
banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama.
Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual
ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur
lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe
ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya
diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur
ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah
kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila
kepanasan.
b. Tipe ayam petelur medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya
masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena
itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus,
tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat
menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe
dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam
petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga.
Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai
daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik
yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama.
Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih
mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat
daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur
putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual
sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
2.
Strain-strain ayam petelur ras dan tingkat produksi
a. Produksi telur
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Pilih bibit atau strain
yang dapat memproduksi telur banyak, tetapi hal yang berhubungan dengan
konversi ransum tetap utama, sebab ayam yang produksi telurnya tinggi, tetapi
dalam hal makannya atau konversi tinggi dan banyak juga tidak menguntungkan.
Apabila hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam
sebatas kemampuan bibit tersebut.
b. Dibawah ini terlihat beberapa contoh
jenis strain atau bibit ayam petelur ras yang beredar di pasar peternakan
Indonesia :
·
Babcock B-300 v: berbulu putih,
type ringan, produksi telur (hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
·
Dekalb Xl-Link: berbulu putih,
type ringan, produksi telur (hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
·
Hisex white: berbulu putih, type
ringan, produksi telur (hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
·
Ross white: berbulu putih, type
ringan, produksi telur (hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
·
Shaver S 288: berbulu putih, type
ringan, produksi telur (hen house) 280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
·
Babcock B 380: berbulu cokelat,
type Dwiguna, produksi telur (hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
·
Hisex brown: berbulu cokelat, type
Dwiguna produksi telur (hen house) 272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
·
Hubbarb golden cornet: berbulu
cokelat, type Dwiguna, produksi telur (hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin
telur.
·
Ross Brown: berbulu cokelat, type
Dwiguna, produksi telur (hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
C.
Pedoman Teknis Budidaya Ayam Petelur Ras
1.
Persyaratan lokasi
a. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
b. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
c. Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
2.
Kandang
Kandang memiliki fungsi yaitu untuk menjaga supaya ternak tidak
berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak, serta
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Pada luas sekitar 1
hektar atau 10.000 m² idealnya diisi dengan 20.000-25.000 ekor. Kandang
pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak
terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini kenyamanannya.
Hal ini disebabkan semakin lebar kandang maka ayam akan sulit mendapatkan udara
segar karena sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Kandang pada ayam itu
diantaranya yaitu kandang postal dan kandang batteray. Kandang tipe postal
dengan luas 200 m², (40 x 5 m) cukup optimal untuk memelihara pullet sejumlah
1600 ekor hingga berumur 112 hari. Sedangkan kandang batteray yang berukuran
200 m² bisa diisi dengan pullet sekitar 2500 ekor.
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara
60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada,
tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah
mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang
dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan
membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun
dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam
kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya
disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air,
tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
a. Nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan.
b. Kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan
perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai
dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
3.
Peralatan
a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang
bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter
setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan
sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang
antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempet bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur
tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5
ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat
bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur
tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat
miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan
dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c. Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat
tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat
bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium
atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit
dengan kotak khusus.
4.
Penyiapan bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai
berikut, antara lain:
a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
d. Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari).
e. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
f. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
g. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
h. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
i. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
j. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
5.
Pemilihan bibit dan calon induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini
tergantung sebagai berikut:
a. Konversi ransum
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang
dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut
dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan
menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang
dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal
ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi
yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut
ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang
sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.
b. Sanitasi dan tindakan preventif
Pemberian pakan ayam petelur ada 4 (empat ) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan grower (umur 6-15 minggu). Seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel
1. Panduan pemberian pakan ayam petelur :
Pakan dan Umur
|
Protein %
|
Met.Energi, Kcal/Ib
|
Starter, 0-8 mgg
|
20.0
|
1325-1375
|
Grower, 9-16 mgg
|
16.0
|
1375-1425
|
Finisher, 19-afkir
|
17 %
|
1450-1500
|
Sumber : Kartasujana (2005)
c. Pemberian minum
Pemberian air minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal
ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
·
Fase starter (umur 1-29 hari)
kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu :minggu ke-1
(1-7 hari1,8 lliter/hari/100 ekor.
·
Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1
liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor; minggu
ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor; minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5
lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu
ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1
liter/hari/ekor.
·
Untuk pemberian air minum pada
hari pertama DOC datang hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula
yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
D. Pemeliharaan Fase Starter, Pertumbuhan dan Produksi
1.
Pemeliharaan anak ayam petelur (DOC)
Pemeliharaan ternak unggas pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan
berdasarkan umurnya yaitu pemeliharaan fase starter, fase pertumbuhan dan fase
produksi. Pada jenis ayam petelur, yang di maksud dengan fase starter yaitu
dari umur satu hari sampai dengan umur 6 minggu, Cara-cara pemeliharaan pada
anak ayam broiler maupun anak ayam petelur dari umur satu hari sampai bulunya
tumbuh sempurna, umumnya sama. Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
·
Kandang tempat pemeliharaan harus
terpisah dari tempat pemeliharaan ayam dewasa, agar tidak terjadi penularan
penyakit yang mungkin pada ayam dewasa tidak terlihat tetapi pada anak ayam
bisa timbul, bahkan pegawainya juga harus khusus.
·
Ransum dan air minum harus
tersedia dalam jumlah yang cukup, dijaga agar tempat ransum/air minum jangan
sampai kosong. Pada saat anak ayam dimasukkan ke tempat pemeliharaan, air minum
harus disediakan dan ransum diberikan setelah tiga jam berikutnya). Ransum bisa
ditaburkan diatas box bekas pengiriman anak ayam, diatas baki atau diatas
kertas penutup.
·
Temperatur udara sekeliling induk
buatan yang sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak ayam adalah 95° F (35° C)
dari mulai umur satu hari sampai dengan umur satu minggu. Selanjutnya setiap
minggu berikutnya, temperatur induk buatan diturunkan 5o F sampai
pertumbuhan bulu anak ayam tersebut tumbuh sempurna.
Gambar 1. Lingakaran pemanas DOC
Sumber : Gallu (2007)
Keterangan :
·
Ada gangguan angin yang deras yang
masuk ke kandang.
·
Temperatur pemanas terlalu rendah
sehingga anak ayam berkumpul di sekitar pemanas.
·
Temperatur pemanas terlalu tinggi
sehingga anak ayam menjauhi pemanas.
·
Temperatur pemanas dalam keadaan
cukup sehingga anak ayam tersebar merata dalam tempat pemeliharaan.
2.
Pemeliharaan fase pertumbuhan pada ayam petelur (grower)
Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6 – 14
minggu dan antara umur 14 – 20 minggu. Namun demikian pada umur 14 – 20 minggu
pertumbuhannya sudah menurun dan sering disebut dengan fase developer (fase perkembangan) Sehubungan
dengan hal ini maka pemindahan dari kandang starter ke kandang fase pertumbuhan
yaitu antara umur 6 – 8 minggu.
Ada beberapa sistem lain yang bisa dilakukan dengan tidak memindahkan
ayam tersebut agar tidak stress yaitu dengan cara :
a. Dari sejak anak ayam sampai fase pertumbuhan tetap dipelihara dalam
bangunan kandang yang sama. Dengan demikian pemindahan hanya dilakukan pada
saat menjelang berproduksi (umur 18 – 21 minggu). Kandang sudah disiapkan untuk
mampu menampung sampai mencapai umur 21 minggu.
b. Pemeliharaan dari sejak anak ayam, fase pertumbuhan sampai akhir
bertelur tetap menggunakan kandang yang sama. Perlu diperhitungkan tentang
kepadatannya, ventilasi kandang dan kondisi litter yang digunakan.
c. Dalam memelihara ayam petelur fase pertumbuhan, ransum yang diberikan
jangan terlalu banyak sebab ayam tersebut akan cepat menjadi gemuk terutama
pada ayam petelur tipe medium. Kerugian dari ayam terlalu gemuk yaitu :
·
Total produksi per tahun akan menurun.
·
Angka kematian meningkat.
·
Cepat mencapai dewasa kelamin dan
menyebabkan telur yang dihasilkan kecil-kecil serta dalam periode waktu yang
lama baru dicapai produksi telur yang besar.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas ada beberapa metode pembatasan
ransum pada saat fase pertumbuhan agar ayam tidak terlalu gemuk, diataranya
dengan :
a. Mengurangi jumlah ransum yang diberikan Dari hasil penelitian ternyata
dengan mengurangi 10 % dari jumlah ransum ayam yang diberikan ad libitum,
tidak mengurangi produksi telur pada saat fase produksi.
b. Membatasi waktu pemberian ransum. Pada perusahaan pembibitan biasanya
dengan cara memberi makan selama 6 hari dalam seminggu dan hari ke-7 tidak
diberi makan. Hal ini sangat tergantung kepada berat badan yang dapat dicapai
oleh ayam tersebut. Apabila pada umur 12 minggu berat badannya masih dibawah
target, hal inimerupakan indikasi pertumbuhan yang kurang baik dan pemberian
ransum harus diperbaiki.
c. Sebaliknya apabila pada umur 12 minggu masih terlalu berat, maka pembatasan
pemberian ransum harus terus dilanjutkan sehingga pada saat mencapai dewasa
kelamin berat badan yang dianjurkan dapat tercapai.
d. Berat badan yang dianjurkan untuk ayam tipe ringan pada saat mencapai
dewasa kelamin yaitu sekitar 1,5 kg dan untuk ayam tipe medium 1,8 kg ± 10%.
Untuk mengetahui berat badan tidak perlu semuanya ditimbang tetapi cukup
mengambil contoh 10% dari jumlah ayam yang ada. Dari hasil penimbangan ini kita
dapat menduga apakah ayam yang kita pelihara terlalu gemuk/tidak.
3.
Pemeliharaan ayam petelur fase produksi (Layer)
Setelah ayam fase pertumbuhan mencapai umur 18 minggu, ayam ini sudah
bisa dipindahkan ke kandang ayam petelur (fase produksi), tidak memindahkan
ayam yang sudah mulai berproduksi (jangan terlambat). Pemeliharaan ayam petelur
ini dapat dlakukan dalam kandang sistem litter atau sistem cage (kandang
baterai).
a. Pemeliharaan ayam petelur dalam sistem litter
Luas kandang yang diperlukan untuk tiap jenis ayam petelur berbeda,
tergantung pada besar badan ayam dan temperatur lingkungan. Untuk jenis ayam
petelur tipe ringan cukup 5- 6 ekor/m2, untuk tipe medium 3 – 4 ekor/m2 dan
untuk tipe berat 2 – 3 ekor/m2. Pemeliharaan ayam petelur dalam kandang sistem
litter tidak boleh terelalu padat, bila terlalu pada akan menyebabkan ayam
gemuk produksi rendah, kanibalisme dan angka kematian cukup tinggi.. Bentuk
fisik ransum yang biasa diberikan pada fase bertelur biasanya dalam bentuk:
·
Campuran bentuk tepung dan
biji-bijian, ransum seperti ini biasanya bila kita menyusun sendiri. Bentuk
bijinya biasanya berasal dari jagung giling pecah dan bagian halusnya biasanya
dari bungkil kelapa, bungkil kedele yang digiling halus serta dedak halus.
·
Bentuk tepung (mash), biasanya
digunakan untuk tempat ransum yang menggunakan mesin otomatis di
perusahaan-perusahaan besar.
·
Bentuk pellet, Bentuk ransum yang
seperti ini lebih tahan lama disimpan.
·
Crumble, yaitu ransum berbentuk
butiran tetapi ukurannya tidak sama yang lebih menyerupai pecahan-pecahan dari
pellet.
·
Penggantian ransum fase pertumbuhan
oleh ransum layer, umumnya diberikan setelah ayam tersebut mencapai produksi 5%
yaitu dari ransum dengan energi 2900 kkal/kg dan protein 15% (ransum grower)
dengan ransum fase produksi yang energinya 2850 kkal/kg serta proteinnya 18%.
Selama fase produksi sebaiknya dalam
kandang pemeliharaan diberikan cahaya rata-rata 16 jam/hari dan cahaya tambahan
ini bisa menggunakan cahaya lampu yang tujuannya untuk membantu meningkatkan
produksi telur. Manfaat lain dari pemberian cahaya tambahan ini, terutama pada
malam hari yaitu pada saat temperatur udara sudah menurun maka ayam bisa makan
lebih banyak karena pada saat udara panas (siang hari) ayam akan makan sedikit
sehingga produksinya akan turun. Pada saat permulaan bertelur, kadang-kadang
timbul sifat kanibalisme yaitu kebiasaan jelek untuk mematuk-matuk telur atau
mematuk-matuk teman sendiri.
b.
Pemeliharaan ayam petelur dalam
sistem cage (Baterai)
Pada saat ayam menjelang berproduksi (umur 18 minggu) selain dipindah
ke kandang litter juga bisa dipindah (dipelihara) ke sistem cage. Bahan kandang
cage ini bisa dibuat dari bahan yang sangat sederhana misalnya dari bambu/kayu
atau dibuat dari besi beton. Dalam satu cage bisa ditempati oleh satu ekor ayam
petelur, 2 ekor atau lebih.
Keuntungan dari ayam petelur yang dipelihara dalam kandang sistem cage
yaitu pemeliharaan lebih mudah, telur lebih bersih, culling (afkir) dapat
dilakukan dengan baik, sifat mengeram dapat dikurangi dan lebih banyak yang
dapat dipelihara (ditampung).Untuk ayam-ayam yang dipelihara di daerah panas,
sebaiknya dalam kandang diberi lampu penerang pada malam hari. Hal ini sangat
bermanfaat untuk meningkatkan produksi telur dan memberikan kesempatan pada
ayam untuk makan pada malam hari. Ayam petelur pada umumnya mulai berproduksi
antara umur 22 –24 minggu dan ayam dikatakan mulai berproduksi apabila
produksinya telah mencapai 5 %.
Secara bertahap produksinya akan terus meningkat dan pada umur 36 – 38
minggu akan mencapai puncaknya, kemudian akan menurun dan pada umur 72 – 74
minggu ayam tersebut sudah tidak produktif lagi. Tanda-tanda ayam yang sudah
tidak produktif lagi yaitu :
·
Jenggernya relatif mengecil, agak
berkerut dan bersisik serta berwarna pucat.
·
Mata relatif kurang bersinar.
·
Anus mengecil, berbentuk bundar,
kering dan berkerut.
·
Bila diraba perutnya agak keras.
·
Jarak antara kedua ujung tulang
pubis biasanya lebih kecil daripada dua jari orang dewasa.
Sebaliknya jika ayam -ayam masih produktif bisa dilihat
dari :
·
Jengger relatif membesar, terasa
lunak bila diraba dan umumnya berwarna merah.
·
Mata lebih bersinar.
·
Anus membesar, berbentuk oval,
agak basah.
·
Bila diraba perutnya terasa agak
lunak.
·
Jarak antara kedua ujung tulang
pubis biasanya selebar 2 – 3 jari tangan atau lebih.
Sejumlah ayam petelur yang dipelihara dalam kandang,
kadang-kadang dijumpai individu-individu yang kurang produkif. Oleh karena itu
dilakukan pengafkiran (culling) terutama pada saat mencapai umur 15 –16 bulan.
Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan efisiensi produksi secara keseluruhan.
Culling ini biasanya didasarkan pada tanda-tanda diatas.
Berbicara mengenai produksi telur, biasanya dikenal istilah
hen-housed dan hen-day production. Hen-housed
production yaitu produksi telur yang didasarkan kepada jumlah ayam
mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang. Hen-day
production yaitu produksi telur dari kelompok yang didasarkan kepada jumlah
petelur yang ada setiap saat pada jarak waktu tertentu. Standar produksi telur
yang baik berdasarkan hen-day production
yaitu sekitar 73% per tahun.
E. Pengendalian Penyakit
Penyakit yang terjadi pada ternak ayam, umumnya timbul bila
keadaan pemeliharaan kurang baik, kondisi kandang yang tidak memenuhi syarat
kesehatan (sinar matahari yang kurang atau tidak masuk sama sekali), disertai
pemberian ransum yang kurang sempurna. Akibat dari serangan penyakit ini
menyebabkan kerugian yang sangat besar pada peternakan. Untuk menjaga agar ayam
yang dipelihara tetap sehat, upaya-upaya yang dilakukan dengan melalui sanitasi
dan tatalaksana pemeliharaan, diantaranya :
·
Menjaga kondisi litter tetap
kering dan bersih.
·
Ventilasi kandang yang cukup.
·
Tempat pemeliharaan anak ayam,
terpisah dari ayam dewasa.
·
Pemberian ransum yang baik kualitas
dan kuantitasnya.
·
Jangan banyak pegunjung ke kandang
ternak ayam karena dikhawatirkan akan menularkan penyakit.
·
Ayam yang sakit harus segera
dipisahkan dan ditempatkan pada kandang khusus (kandang karantina) agar
penyakitnya tidak menyebar pada ayam yang masih sehat.
·
Burung-burung liar atau hewan
lainnya dijaga agar tidak bisa masuk ke kandang.
·
Air minum yang diberikan harus
bersih dan setiap akan mengganti air minum tempatnya harus dibersihkan dulu.
Namun demikian, walaupun pencegahan tersebut diatas telah
dilaksanakan dengan baik tetapi sering dijumpai ayam tersebut terserang
penyakit unggas menular yang ganas, misalnya penyakit Tetelo (ND), Coryza, IB,
EDS dan lainnya. Untuk mencegah penyakit seperti ini biasanya dilakukan dengan
melalui vaksinasi dan jenis penyakit unggas yang menular ini cukup banyak.
Vaksinasi dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar tidak
terserang penyakit yang bersangkutan. Vaksinasi ini bisa dilakukan dengan tetes
mata, tetes mulut, melalui air minum dan suntikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan kalau kita akan melakukan vaksinasi yaitu:
·
Vaksin yang digunakan belum habis
masa pakainya.
·
Vaksin harus disimpan pada
temperatur yang rendah (dalam termos es, kulkas, kantong plastik yang berisi
es) dan hindarkan terkena sinar matahari.
·
Ayam yang divaksin harus dalam
kondisi yang sehat.
·
Vaksin yang sudah dilarutkan harus
habis dipakai, tidak boleh lebih dari 4 jam.
·
Pelaksanaan vaksinasi dianjurkan
dilakukan pada sore hari atau pagi hari.
Cara melakukan vaksinasi bisa dilakukan dengan tetes mata,
yaitu dengan meneteskan vaksin yang telah dilarutkan dalam cairan dapar
sebanyak satu tetes (1 dosis) kedalam mata anak
ayam atau ayam
dewasa. Tanda bahwa
vaksin
tersebut masuk kedalam matanya, ayam tersebut terlihat berkedip-kedip sebagai
tanda ingin mengeluarkan cairan dari dalam matanya. Vaksinasi tetes mata ini
merupakan tahap permulaan.
Vaksinasi dengan melalui air minum dilakukan dengan cara
tidak memberi minum dulu sebelumnya selama ± 3 jam. Setelah 3 jam air minum
yang mengandung vaksin diberikan, dengan harapan bisa habis. Vaksinasi dengan
menggunakan suntikan, yaitu vaksin yang disuntikan pada daging dada atau paha.
Jumlah ayam yang dapat divaksin biasanya sudah diatur dalam kemasan, misalnya
dalam satu ampul cukup untuk 100 ekor, 500 ekor, 1000 ekor. Banyaknya volume
yang disuntikan sangat tergantung kepada ataran yang di anjurkan.
Setelah vaksinasi sebaiknya diberikan vitamin-vitamin agar
kondisi tubuhnya tidak menurun. Juga obat cacing perlu diberikan pada saat fase
produksi dengan interval 2 bulan. Serangan dari penyakit ini umumnya agak
rendah apabila vaksinasi telah dilakukan dengan baik yang disertai dengan
sanitasi dan tatalaksana pemeliharan yang baik pula.
Pada anak ayam dan ayam dewasa, baik pada air minum atau
ransum biasanya diberikan obat anti coccidioscis yaitu penyakit yang menyerang
anak ayam dan ayam dewasa dengan angka kematian yang tinggi. Macam-macam
coccidiostat (obat anti coccidioscis) dapat dibeli di perusahaan obat hewan
atau Poltry Shop dan toko makanan ayam misalnya.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak unggas
(ayam petelur ), diantaranya jenis bakteri, virus, parasit, jamur dan protozoa.
a. Penyakit bakteri
·
Pullorum (Berak putih)
Menyerang ayam kampung dan ayam petelur dengan angka
kematian yang tinggi. Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati
dengan antibiotika
·
Fowl typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna
hijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/ preparat sulfa.
·
Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri
dari genus Salmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
·
Kolera unggas
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja
tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab:
pasteurella multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir
dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/
Streptomisin).
b. Penyakit virus
·
Newcastle Disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam
Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.
Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa,
penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit
ini disebut Newcastle disease.
·
Infeksi Bronchitis (IB)
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa
penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit
pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam
dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%.
·
Infeksi
laryngotracheitis (ILT)
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan
yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan
Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya
karbol atau formalin. Pengendalian: belum ada obat untuk mengatasi penyakit
ini, sedangkan pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
·
Fowl fox
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan
bercak-bercak cacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan
vaksinasi.
c. Penyakit parasit
·
Cacing
Penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih
dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman
kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah
tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
·
Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar
kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda
fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang
tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan
melintang dari Timur ke Barat.
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A.
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai pada
tanggal 04 Juni sampai 04 Agustus 2015 bertempat di Dusun Janna-jannayya Desa
Bonto Majannang Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.
B. Metode Pelaksanaan
Metode
pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dengan mengikuti secara
langsung semua kegiatan pemeliharaan ayam petelur. Teknik pengambilan data
dilakukan dengan cara:
1.
Observasi/pengamatan
Observasi
merupakan suatu metode yang digunakan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung serta mencari dan mencatat tentang berbagai hal yang ada hubungannya
dengan manajemen perkandangan di CV. Wahyu Mandiri.
2.
Interview/wawancara
Metode ini
merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung
kepada pembimbing lapangan atau pihak-pihak yang dianggap perlu untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai manajemen
pemeliharaan.
3.
Praktek
Lapangan
Kegiatan ini
merupakan keikutsertaan dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang berhubungan
dengan manajemen pemeliharaan ayam petelur sehingga dapat mengetahui
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dan memperoleh pengalaman serta wawasan
kerja secara langsung.
4.
Studi
Pustaka
Studi pustaka
dilakukan dengan mencari informasi atau referensi pendukung yang berkaitan
dengan manajemen pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal, majalah ilmiah dan lain
sebagainya.
C. Jenis
Data
Adapun data yang
diperoleh terdiri dari :
1. Data
primer yaitu data yang dihimpun dari sumber informasi. Data ini diperoleh
dengan melakukan pengamatan langsung serta melakukan wawancara kepada
pegawai/karyawan, pembimbing lapangan, manajer farm serta pihak-pihak
yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih
jelas.
2. Data
sekunder yaitu data yang dihimpun dari sumber data yang telah ada yang didapat
dari studi pustaka seperti buku, majalah, jurnal, prosiding, internet,
monografi dan referensi yang lain.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan
Umum
1.
Kondisi
daerah
Desa Bonto
Majannang menjadi lokasi peternakan ayam petelur milik H.Husain atau CV. Wahyu
Mandiri masuk dalam wilayah Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng (± 10 km dari
kota Bantaeng) Provinsi Sulawesi Selatan. Mata pencaharian utama sebagian besar
masyarakat desa ini adalah sebagai petani dengan padi sebagai tanaman utamanya
dan juga sebagian adalah jagung, selain itu sebagian besar juga masyarakat
setempat mempunyai usaha peternakan ayam petelur.
Keadaan daerah
ini sangat cocok untuk lokasi peternakan ayam petelur karena mempunyai suhu
udara berkisar antara 27º C sampai 30º C pada siang hari, pada malam hari
berkisar antara 23º C sampai 27º C. Keadaan air untuk peternakan CV.Wahyu
Mandiri menggunakan sumber air pegunungan yang berada di desa setempat.
Kebutuhan air pada peternakan H.Husain selalu tercukupi, walaupun musim kemarau
panjang air masih tersedia. Keadaan ini sangat mendukung usaha peternakan,
khususnya ayam petelur yang sangat membutuhkan air dalam pemeliharaannya.
2.
Sejarah
peternakan
Usaha peternakan
CV. Wahyu Mandiri berdiri sejak tahun 2012, itu berarti sekitar 3 tahun yang
lalu. Nama pemiliknya adalah H.Husain, beliau adalah guru agama disalah satu
Sekolah Menengah Pertama di Bantaeng. Beliau sudah beristri dan di karuniai 3
orang anak. CV. Wahyu Mandiri ini didirakan karena menurut sang pemilik,
prospek peternakan dari tahun ke tahun ini sangat baik karena semua orang pasti
membutuhkan makanan penghasil protein yang pastinya berasal dari sumber hewani
yaitu ayam petelur, jadi itulah mengapa usahanya itu didirikan.
Awalnya populasi
CV.Wahyu Mandiri adalah 500 ekor, sekarang bertambah 200 ekor yang berarti
jumlah keseluruhan adalah 700 ekor. Nama CV. Wahyu Mandiri ini diambil dari
salah satu nama anak beliau. Kata H.Husain, semenjak beliau mendirikan
peternakan ini tingkat kehidupan sosial dan ekonominya meningkat, yang dulunya
beliau hanya memakai roda dua sekarang bisa memakai roda empat karena usahanya
itu.
B. Tinjaun
Khusus
1.
Manajemen
Pemeliharaan
Strain ayam ras
yang digunakan oleh peternakan CV. Wahyu Mandiri adalah ISA Brown.
Menurut pemilik strain ISA memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri,
strain ini memeliki produksi yang bagus serta cepat mencapai puncak namun mudah
terkena penyakit. Produksi ayam petelur yang dihasilkan dari pemeliharaan
tersebut adalah 75% - 80% dan memeliki masa produksi 30 minggu.
Malik (2003)
menyatakan bahwa budidaya ayam petelur membutuhkan waktu lebih lama dari pada
ayam pedaging. Ayam petelur umur 19 minggu sudah mulai berproduksi, ini berarti
selama 19 minggu investasi terus ditanamkan tanpa pemasukan. Ditinjau dari segi
produktivitas, manajemen pemeliharaan umur 1-19 minggu sangat menentukan
produktivitas telur. Apabila manajemen pemeliharaan pada masa pertumbuhan tidak
baik maka produksi yang diperoleh tidak akan menunjukkan kualitas produksi yang
maksimal.
Alasan peternak
memlih strain ISA karena memiliki keunggulan seperti berproduksi sangat tinggi
sekitar 90%, usia produksi 17 bulan, kerabang telur sangat bagus
(warna, berat telur), mortalitas sangat rendah dan harga ayam jika di afkir
masih bagus.
Pemelihan bibit
yang akan dipelihara di peternakan CV. Wahyu Mandiri dilakukan dengan sangat
hati-hati dan teliti, karena bibit sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
kedepan. Pemelihan bibit didasarkan atas beberapa hal diantaranya, dari segi
kesehatan, tingkat kemampuan produksi dan ciri khas bangsa. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemelihan bibit yakni, mata cerah, kloaka bersih,
lincah dan bulu bersih jika anak ayam (DOC) tidak memenuhi
persyaratan-persayaratan tersebut maka dilakukan culling atau
dipisahkan dari DOC yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Johari (2005) yang menyatakan bahwa, dalam memelih bibit
ayam petelur harus dilihat dari segi ekonomis serta kemampuan berproduksi
tinggi dan cukup menguntungkan.
Usaha yang
dilakuakan oleh peternakan CV. Wahyu Mandiri terhadap anak ayam
(DOC) yang baru datang adalah memberikan air minum yang dicampur dengan air
gula dengan tujuan memberikan tambahan energi untuk anak ayam yang tercekam
(stres) akibat perjalanan dari pembibitan ke peternakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994), air gula akan memberikan tambahan tenaga
siap pakai untuk anak ayam yang tercekam (stres) akibat perjalan dari
pembibitan kepeternakan.
2.
Manajemen
Perkandangan
Sistem perkandangan
yang diterapkan di peternakan CV.Wahyu Mandiri merupakan sistem
perkandangan intensif, aktivitas ternak sangat terbatas dalam kandang semua
kebutuhan hidup ternak tergantung pada yang disediakan dan perlakuan
ternak. Kelebihan sistem tersebut memudahkan pengawasan, pengaturan suhu
dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta
penyebaran penyakit mudah diatasi. membutuhkan modal yang sangat besar
untuk pembuatan kandangnya.
a. Lokasi
Kandang
Kandang
didirikan pada sebidang tanah datar diareal perkebunan dengan jarak kurang
lebih 100 meter dari pemukiman penduduk dan jalan raya. Struktur tanah diareal
tersebut padat namun mudah meresap air. Bangunan kandang didirikan pada tanah
yang agak ditinggikan sedikit dari tanah sehingga diharapkan kandang tidak kemasukan
air dari akibat hujan dan sebagainya.Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat
Suprijatna (2005), kandang harus jauh dari sumber kebisingan dan jauh dari
pemukiman.
b. Konstruksi
Kandang
Kandang ayam
layer yang berada di CV.Wahyu Mandiri menggunakan sistem batteray. hal ini sesuai dengan pendapat Wiharto (2000), kelebihan
dari model ini adalah kotoran ayam dapat langsung jatuh ke kolong kandang
sehingga memudahkan dalam pembersihannya. Prayitno (1996), menyatakan bahwa
penggunaan kandang model batteray
ini mempunyai kelebihan jika di bandingkan dengan model kandang lainnya
diantaranya: Tingkat produksi tiap ekor dan kesehatan tiap ekor
dapat terkontrol, memudahkan pengontrolan pakan, kanibalisme dapat terhindar dan
penyakit tidak mudah menular.
Batteray disusun 3
tingkat memanjang. Menurut prayitno (1996) penyususunan cage dan jumlah tingkat yang digunakan harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
· Susunan
cage harus memudahkan kegiatan
pekerja
· Susunan
cage maksimal 3 tingkat
· Susunan
cage harus memudahkan dalam
pengambilan kotoran
· Susunan
cage harus mempertimbangkan tinggi,
luas kandang dan model yang ada.
Bentuk kandang batteray yang digunakan pada peternakan
tersebut yaitu kandang batteray yang
disusun seperti tangga dengan ukuran tiap kotak dengan panjang 39
cm, lebar 22 cm, tinggi belakang 31 cm dan tinggi depan 33 cm dengan kemiringan
5 cm. Ukuran ini hampir sama dengan pendapat wiharto (2002), bahwa ukuran
kandang batteray adalah panjang 40
cm, lebar 25 cm, dan tinggi 40 cm setiap ekor. Tiap kotak batteray berisikan satu ekor ayam. Jarak jalan tengah antara deretan
satu dengan lainya 100 cm. Ukuran ini tidak telalu sempit sehingga ayam tidak
mengalami kesulitan bergerak. Kebebasan bergerak ini akan menimbulkan ayam
menjadi tidak stress sehingga kandang mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
Jika kandang sudah mampu memberikan rasa aman, segar dan bebas
bergerak berarti kandang tersebut sudah memenuhi syarat. Sedangkan
ukuran kandang di peternakan ini adalah panjang kandang 25 m, lebar 5,25 m
dan tinggi kandang dari atap ke tanah 4 m.
c. Atap
Bentuk atap
mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang dan sebaliknya.
Oleh karena itu atap harus sesuai dengan penggunaan kandang dan fase
pemeliharaan kandang. Kandang ayam petelur fase layer di CV.Wahyu Mandiri
menggunakan jenis atap A.
d. Dinding
Dinding kandang
pada CV.Wahyu Mandiri menggunakan jenis dinding tertutup. Mengunakan dinding
yang terbuat dari bambu. Hal ini sesuai pendapat Malik (2001), di
daerah subtropis dinding umumnya tertutup dan menggunakan foam (bahan stry foam
untuk membuat dinding kedap temperatur) atau bahan rapat lainya.
e. Lantai
Lantai yang
digunakan adalah lantai jenis padat atau rapat yang bahannya dari tanah.
3.
Manajemen
Kesehatan/ Sanitasi
Sanitasi lingkungan
kandang dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan sekitar kandang dari
sampah dan kotoran. Hal ini dilakukan dengan cara menyapu lingkungan sekitar
kandang yang dilakukan setiap hari. Sanitasi bertujuan untuk mencegah
terjadinya serangan penyakit yang disebabkan karena lingkungan yang kotor.
Program sanitasi
yang dilakukan oleh peternakan CV.Wahyu Mandiri sudah cukup bagus, tetapi masih
ada kekurangannya yaitu pada waktu melaksanakan manajemen setiap hari dan
pelaksanaan vaksinasi para pekerja tidak disterilisasi terlebih dahulu, pada
waktu istirahat para pekerja tersebut bebas keluar masuk lingkungan kandang.
Hal ini akan sangat memungkinkan adanya suatu penularan penyakit. Penularan
penyakit dapat terjadi bukan hanya kontak langsung dengan ayam yang sakit,
lewat pakan dan air minum, tetapi juga dapat terjadi karena ada tenaga kerja
yang membawa bibit penyakit tersebut dan tenaga kerja tersebut tidak steril.
Vaksinasi juga dilakukan yaitu 1 kali satu bulan.
4.
Manajemen
Pakan
Manajemen
pakan yang dilakukan pada CV.Wahyu Mandiri
adalah mencampur sendiri yang didasarkan atas kandungan protein,
formulasi pakan untuk periode layer dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Formulasi Ransum Ayam Petelur Periode Layer Kadar Protein 19% /ton
Nama Bahan
|
Jumlah (kg)
|
Jagung
|
1002,5
|
Bekatul
|
342
|
Bungkil Kedelai Kering
|
182
|
Pmm (Tepung ayam)
|
105,5
|
Mbm (Tepung daging sapi)
|
85
|
Rape Seed (Tepung hijauan)
|
42,5
|
Calcid
|
128,5
|
T 36
|
100
|
Premix
|
2,9 + 9
|
Jumlah
|
2000 kg
|
Pemberian
pakan di CV. Wahyu Mandiri dilakukan secara manual (tenaga manusia), dua kali
sehari, pagi hari jam 08.00 WIB sebanyak 50% dan siang hari pukul 13.00 WIB
sebanyak 50%. Pakan yang diberikan hanya tiga perempat dari volume tempat pakan
dengan tujuan untuk menghindari pakan tumpah atau tercecer. Wiharto (1986),
menjelaskan bahwa untuk menghindari pakan tumpah, pemberian pakan diatur sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan dan dapat dilakukan 2-3 kali sehari. Pakan
diberikan langsung dari karung goni isi 50 kg yang telah dibagi menjadi 4 bagian.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari
uraian di atas adalah sebagai berikut:
1. Strain
ayam ras yang digunakan oleh peternakan CV. Wahyu Mandiri adalah ISA
Brown. Menurut pemilik strain ISA memiliki keunggulan dan kekurangan
tersendiri, strain ini memeliki produksi yang bagus serta cepat mencapai puncak
namun mudah terkena penyakit. Produksi ayam petelur yang dihasilkan dari
pemeliharaan tersebut adalah 75% - 80% dan memeliki masa produksi 30 minggu.
2. Sistem
perkandangan yang diterapkan di peternakan CV.Wahyu Mandiri
merupakan sistem perkandangan intensif, aktivitas ternak sangat terbatas dalam
kandang semua kebutuhan hidup ternak tergantung pada yang disediakan dan
perlakuan ternak. Kelebihan sistem tersebut memudahkan pengawasan,
pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang
baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. membutuhkan modal yang
sangat besar untuk pembuatan kandangnya.
3. Program
sanitasi yang dilakukan oleh peternakan CV.Wahyu Mandiri sudah cukup bagus,
tetapi masih ada kekurangannya yaitu pada waktu melaksanakan manajemen setiap
hari dan pelaksanaan vaksinasi para pekerja tidak disterilisasi terlebih
dahulu, pada waktu istirahat para pekerja tersebut bebas keluar masuk
lingkungan kandang. Hal ini akan sangat memungkinkan adanya suatu penularan
penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi bukan hanya kontak langsung dengan
ayam yang sakit, lewat pakan dan air minum, tetapi juga dapat terjadi karena
ada tenaga kerja yang membawa bibit penyakit tersebut dan tenaga kerja tersebut
tidak steril. Vaksinasi juga dilakukan yaitu 1 kali satu bulan.
4. Manajemen
pakan yang dilakukan pada CV.Wahyu Mandiri
adalah jenis pakannya jagung dan dedak. Pakan tersebut dicampur, jagung
75 kg sedangkan dedak 60 kg dan dicampur sengan promix. Pakan tersebut untuk 2
hari sekali pencampuran dan dua kali pemberian pakan dalam sehari yaitu pagi
dan sore. Komposisi nilai nutrisi jagung adalah protein 9.2 g, lemak 4.6 g,
karbohidrat 73.0 g, serat kasar 2.8 g, Ca 26.0 mg dan Fe 2.7 mg. Sedangkan
nilai nutrisi dari dedak adalah energi metabolis 2400 kkal/kg, protein kasar
120%, fosfor 1.0%, kalsium 0.20%, metionin 0.25% dan lisin 0.45%.
B. Saran
Adapun
saran dari hasil PKL ini adalah sebaikmya sebelum mahasiswa keluar untuk PKL,
harusnya sudah mendapat pengalaman dari dalam kampus agar mahasiswa dapat
menyalurkan langsung ilmunya kepada
peternak.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2012. Management
Peternakan Ayam. http://www.glory-farm.com. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).
BAPPENAS. 2010. Proyek
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas: Jakarta.
Deptan (Departemen Pertanian). 2013.www. deptan. go. id/
pesantren/ bkp/ PKP/ pedoman_ umum.html. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).
Gallu. 2007. Budidaya Peternakan.
http://warintek.bantulkab.go.id. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).
Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya: Jakarta
Matitaputy, R.Procula. 2006. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Periode Starter di daerah Tropis.
http://maluku.litbang.deptan.go.id. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).
Rasyaf. M. 1989. Beternak
Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia: Jakarta.
North. M.O. 1990. Commercial
Chiken Production Manual.Van Nostrand Reinho.
Ruhyat K. 2001. Teknik
Produksi Ternak Unggas. Modul Program Keahlian Budidaya Ternak, Proyek
Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.
Zulfikar. 2009. Penggunaan dan Pelaksanaan Vaksin Yang
Benar, Makalah disampaikan pada “Pelatihan Kader Vaksinator Gampong
Berdampak Positif Terhadap Penyakit Unggas” Dinas Pertanian dan Peternakan.
Kabupaten Pidie Jaya. Aceh
______, 2012. Manajemen Ternak Unggas. Modul. Sekolah Pengamat Kehewanan
(SPK) Saree, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh.
______, 2013. Manajemen
Agribisnis dan Pengolahan Hasil Peternakan. Makalah yang di sampaikan Pada Kegiatan Pelatihan Petani
Bidang Peternakan. Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kabupaten Bireuen.
BYTEG MURAH, AWET, HANDAL, DAN CANGGIH
ReplyDelete