MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK AYAM RAS PETELUR
DI DESA BONTO MAJANNANG KECAMATAN SINOA
KABUPATEN BANTAENG





Laporan Lengkap Praktek Kerja Lapangan (PKL)
CV. Wahyu Mandiri Desa Bonto Majannang Kec. Sinoa
Kab. Bantaeng Prov. Sul-Sel


Oleh :


EDY SUDRAJAT
NIM : 60700112066




JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK AYAM RAS PETELUR
DI DESA BONTO MAJANNANG KECAMATAN SINOA
KABUPATEN BANTAENG




Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada CV. Wahyu Mandiri
Desa Bonto Majannang Kab. Bantaeng



Oleh :


EDY SUDRAJAT
NIM : 60700112066



JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PKL

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan duplikat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka laporan Praktek Kerja Lapang dan nilai yang diperoleh batal.


 Gowa,         November 2016
    Penyusun


Edy Sudrajat
       NIM:60700112066



HALAMAN PENGESAHAN

Judul               : Manajemen  Pemeliharaan  Ternak  Ayam   Ras  Petelur  Di  Desa
  Bonto Majannang Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng
Nama               : EDY SUDRAJAT
Nim                 : 60700112066
Jurusan            : Ilmu Peternakan


          Pembimbing Utama                              Pembimbing Lapangan



           (  Muh. Nur Hidayat, S.Pt, M.P )                            ( Syamsuddin )
               NIP: 19750909 200912 1 001


                    Dekan                                                    Ketua Jurusan





(Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, S.Ag., M.Ag)       (Dr. Ir. Muh. Basir Paly, M.Si)
 NIP : 19691205 199303 1 001                                NIP : 19590712 198603 1 002


KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah STW atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Prektek Kerja Lapangan sesuai dengan waktu yang ditargetkan, dan laporan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Melengkapi rasa syukur dan sekaligus ucapan banyak terima kasih atas segala himbauan dan pengarahan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan, maka perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih dan pengharapan yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Kepada bapak pemilik PT.Wahyu Mandiri yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di salah satu usahanya.
2.      Ketua Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, Dr. Ir. Basir Paly, M.Si selaku penanggung jawab Praktek Kerja Lapangan
3.      Dosen Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, bapak Muh. Nur Hidayat, S.Pt, M.P selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukannya.
4.      Ayahanda Sangkala. S, S.Hi, ibunda Sulfiah, Kakanda St. Zakia Drajat, A.Md serta keluarga tersayang atas do’a dan dukungannya dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini.
5.      Kakanda dan adinda tercinta Fakultas Sains dan Teknologi terkhusus Jurusan Ilmu Peternakan serta teman-teman seangkatan Ilmu Peternakan MACANG 2012 atas do’a dan dukungannya.
6.      Teman-teman yang telah memberikan sumbangsi baik itu waktu serta pemikirannya dalam pelaksanaan sampai pada penuyusunan laporan, terima kasih untuk semuanya.
Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat amal yang setimpal disisi Allah SWT, dan dapat bermanfaat terkhusus pada mahasiswa Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, Amiinn..

Gowa,      November 2016


     Edy Sudrajat



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................        i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PKL ...........        iii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................        iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................        v
DAFTAR ISI .........................................................................................        vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................        8
A.    Latar Belakang ................................................................................        8
B.     Tujuan Praktek Kerja Lapangan ......................................................        10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................        11
A.    Ayam Ras Petelur ............................................................................        11
B.     Jenis dan Strain Ayam Petelur ........................................................        17
C.     Pedoman Teknis  Budidaya Ayam Ras Petelur ..............................        19
D.    Pemeliharaan Fase Starter, Pertumbuhan dan Produksi ..................        25
E.     Pengendalian Penyakit ....................................................................        33
BAB III METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN .......................        39
A.    Waktu dan Tempat ..........................................................................        39
B.     Metode Pelaksanaan ........................................................................        39
C.     Jenis Data ........................................................................................        40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................        41
A.    Tinjauan Umum ...............................................................................        41
B.     Tinjauan Khusus ..............................................................................        42
BAB IV PENUTUP ..............................................................................        49
A.    Kesimpulan ......................................................................................        49
B.     Saran ................................................................................................        49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................        50



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahun terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zak gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak.
Dalam skala lokal, konsumsi protein hewani dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, setelah pada tahun 1998 mengalami penurunan yang tajam akibat dari krisis moneter. Besarnya peluang pasar ayam petelur ini merupakan kesempatan yang sangat potensial untuk mengembangkan peternakan ayam petelur. Bagi seorang peternak kesalahan pemeliharaan ayam akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang buruk sehingga mengakibatkan hasil produksi menurun.
Ayam petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang cepat. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 6 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 2 tahun. Dengan total produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun. Teknik manajemen pemeliharaan ayam ras petelur yang sesuai sangat diperlukan untuk mencapai hasil produksi yang optimal.
Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita perlu memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik, yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer serta didukung dengan manajemen sistem recording baik.
Dengan adanya penulisan ini, di harapkan kepada mahasiswa ataupun peternak ayam petelur yang baru memulai usaha mendapatkan masukan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi secara optimal.



B.  Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan, yaitu :
1.      Agar mahasiswa bisa terjun langsung kemasyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan.
2.      Untuk mengetahui permasalahan peternakan di lapangan khususnya tentang manajemen pemeliharaan ayam ras petelur.
3.      Mahasiswa dapat mengembangkan usaha ayam petelur di daerah masing-masing.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Ayam  Ras Petelur
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Pengembangan usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di Indonesia masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani masih kecil. Ini dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahu terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup (Anonim, 2012).
Sesuai dengan kebutuhan terhadap angka kecukupan energi rata-rata penduduk Indonesia pada tingkat konsumsi sebesar 2200 Kkal/orang/hari dengan tingkat ketersediaan energi sebesar 2550 Kkal/orang/hari, dengan angka kecukupan protein rata-rata sebesar 50 gram/orang/hari pada tingkat konsumsi dan 55 gram/orang/hari pada tingkat ketersediaan, sedangkan Angka kecukupan konsumsi lemak minimum setara dengan 10 % dari total energi dan maksimum 25 % dari total energi, dengan konsumsi yang bersumber dari lemak rata-rata sebesar 20 % (Deptan, 2013). Hal itu berarti target konsumsi protein hewani sekitar 11 g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani penduduk Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah dibanding Malaysia, Thailand dan Filipina (Gallu, 2007).
Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik, sedangkan ayam petelur juga dibudidaya untuk menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak dan kualitas yang baik (Anonim, 2012).
Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai umur 2 tahun. Umumnya produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun. Sebelum tahun 1940, peternakan ayam petelur hanyalah merupakan usaha sampingan pertanian belaka. Jumlah ayam yang dipiara para petani hanya kecil, 20-150 ekor saja, sekedar memenuhi kebutuhan keluarga dan kalau sisa produksi baru dijual kepasar. Pada saat tersebut, ayam dipiara tanpa kandang; dilepas dan bebas berkeliaran ke mana pun. Akan tetapi karena adanya suatu pemikiran bahwa ayam yang berkeliaran itu dianggap berbahaya bagi penyebaran penyakit, kemanusiaan, ayam-ayam tersebut harus dikurung atau dibuatkan kandang. Ternyata ayam yang hidupnya terkurung pun produksinya tidak mengecewakan, justru bagus dan tidak mengganggu serta menghemat tempat. Sistem pemeliharaan ayam terkurung yang produksinya bagus itu menarik perhatian para peternak (Kartasujana, 2005).
Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Karena dengan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat, tingkat mortalitas yang rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan ayam petelur dengan produksi telur yang tinggi.
Usaha ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yakni dengan tujuan untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya produksi yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu agar usaha peternakan itu bisa berkembang serta menguntungkan perlu diatur segi manajemen pemeliharaan yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan ekonomis (Matitaputy, 2006).
Menurut (Matitaputy, 2006), bahwa segi-segi manajemen pemeliharaan ayam petelur yang baik dan ekonomis serta memenuhi syarat untuk mendapakan hasil yang optimal akan coba kita uraikan dalam bahasan sebagai berikut antara lain ialah:
1.    Syarat-syarat sebagai peternak ayam
a.     Seorang peternak harus menguasai ilmu. Adapun ilmu yang dimaksud ialah:
·      Pemilihan bibit (breeding),
·      Cara-cara pemberian pakan (feeding),
·      Tatalaksana yang betul (manajemen),
·      Pencegahan dan pemberantasan penyakit (sanitasi),
·      Serta bisa menciptakan pemasarannya (marketing).
Faktor-faktor inilah yang kiranya akan bisa menunjang berhasil/tidaknya usaha peternakan. Dengan demikian keberhasilan ini tidaklah ditentukan oleh modal financial semata-mata, melainkan di lain pihak skill pun mutlak diperlukan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa seseorang yang memulai dari modal yang kecil pun bisa juga berkembang, tetapi pada perusahaan lain yang dimulai dari modal yang besar justru adakalanya mengalami kegagalan kerena usahanya tanpa didasari skill, dan akhirnya gulung tikar. Itulah sebabnya maka peternak dituntut memiliki ilmu dan berjiwa peternak.
b.    Lingkaran produksi
Pada zaman dahulu, ayam dibiarkan hidup atau dipertahankan sampai umur 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada waktu itu ternak ayam sekedar usaha sampingan pertanian, belum ada tujuam ekonomis. Tetapi dewasa ini, di zaman modern, usaha ternak menjadi usaha ekonomis, sehingga lingkaran produksi telur yang optimal harus menjadi pertimbangan. Dewasa ini yang dianggap lingkaran produksi yang optimal ialah ayam-ayam umur 1,5 – 2 tahun. Ayam petelur yang lebih dari 2 tahun tidak ekonomis lagi, sebab mereka tak mampu mengimbangi lagi makanan yang dihabiskan. Itulah sebabnya maka ayam – ayam yang sudah mencapai umur 2 tahun harus diafkir. Penundaan pengafkiran berarti mengurangi keuntungan.

c.     Biaya pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti vaksinasi, sanitasi dan penggunaan obat-obatan yang dicampur makanan/air minim yang berbentuk feed supplement dan lain sebagainya. Tetapi pada umumnya para peternak yang belum begitu mahir, segan mengeluarkan uang untuk membeli obat-obatan tersebut guna mencegah terjadinya infeksi penyakit. Sehingga kelak bila terjadi suatu wabah, peternak akan menderita kerugian berlipat ganda. Sebab peternak akhirnya bukan saja kehilangan uang untuk beli obat dan ongkos dokter, melainkan produksinya pun akan merosot atau lebih fatal lagi, ayam yang tidak tertolong akhirnya mati. Dan kalau pun ayam tadi bisa sembuh tetapi ayam-ayam yang habis menderita sakit itu bila dipertahankan sebagai petelur kurang menguntungkan, sebab konversi makanannya menurun dan bahkan bila menjadi carrier (pembawa) suatu penyakit. Kesemuanya ini adalah merupakan pemborosan. Dengan demikian pencegahan memegang peranan penting karena akan lebih menghemat biaya.
d.    Biaya pakan
Yang menjadi persoalan ekonomis atau tidaknya mengenai makanan yang dihabiskan seekor ayam pada setiap harinya, bukanlah ditentukan oleh harga makanan semata-mata, melainkan yang memegang peranan penting dalam hasil ini ialah: perbandingan yang ideal antara harga telur dan makanan ialah 1:5 ke atas.


e.     Pengaturan udara dalam kandang
Jika keadaan udara di dalam kandang diatur baik, dengan menggunakan ventilasi yang sempurna, maka pemakaian makanan akan lebih ekonomis atau optimal. Keadaan terlampau dingin, kebutuhan energi akan meningkat dan sebaliknya keadan udara yang terlampau tinggi akan menimbulkan gangguan metabolisme, akhirnya produksi merosot. Hal ini berarti penggunaan makanan tidak optimal lagi, yang akhirnya bisa mengurangi keuntungan.
f.     Sistem kandang
Pada sistem kandang battery, aktivitas ayam untuk bergerak tentu saja sangat kurang bila dibandingkan dengan ayam pada kandang postal, apalagi bila dibandingkan dengan sistem ren. Karena aktivitas gerak tubuh pada kandang tersebut sedikit, maka energi yang diperlukan pun bias dikurangi, sehingga akan lebih menghemat biaya makan. Menurut penelitian penghematan makanan pada sistem battery bias mencapai 20 gram/ekor per hari.
B.  Jenis dan Strain Ayam Petelur
1.    Jenis ayam petelur ras terbagi menjadi dua
a.    Tipe ayam petelur ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama.

Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
b.    Tipe ayam petelur medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga.
Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
2.    Strain-strain ayam petelur ras dan tingkat produksi
a.    Produksi telur
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Pilih bibit atau strain yang dapat memproduksi telur banyak, tetapi hal yang berhubungan dengan konversi ransum tetap utama, sebab ayam yang produksi telurnya tinggi, tetapi dalam hal makannya atau konversi tinggi dan banyak juga tidak menguntungkan. Apabila hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit tersebut.
b.    Dibawah ini terlihat beberapa contoh jenis strain atau bibit ayam petelur ras yang beredar di pasar peternakan Indonesia :
·      Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
·      Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
·      Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
·      Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
·      Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house) 280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
·      Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur (hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
·      Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna produksi telur (hen house) 272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
·      Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur (hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
·      Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur (hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
C.  Pedoman Teknis Budidaya Ayam Petelur Ras
1.    Persyaratan lokasi
a.    Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
b.    Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
c.    Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
2.    Kandang
Kandang memiliki fungsi yaitu untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak, serta mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Pada luas sekitar 1 hektar atau 10.000 m² idealnya diisi dengan 20.000-25.000 ekor. Kandang pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar kandang maka ayam akan sulit mendapatkan udara segar karena sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Kandang pada ayam itu diantaranya yaitu kandang postal dan kandang batteray. Kandang tipe postal dengan luas 200 m², (40 x 5 m) cukup optimal untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112 hari. Sedangkan kandang batteray yang berukuran 200 m² bisa diisi dengan pullet sekitar 2500 ekor.
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
a.    Nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan.
b.    Kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).



3.    Peralatan
a.    Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b.    Tempet bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c.    Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d.   Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus.
4.    Penyiapan bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a.    Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b.    Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c.    Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
d.   Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken/ayam umur sehari).
e.    Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
f.     Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
g.    Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
h.    Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
i.      Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
j.      Tidak ada letakan tinja diduburnya.
5.    Pemilihan bibit dan calon induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
a.    Konversi ransum
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
b.    Sanitasi dan tindakan preventif
Pemberian pakan ayam petelur ada 4 (empat ) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan grower (umur 6-15 minggu). Seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Panduan pemberian pakan ayam petelur :
Pakan dan Umur
Protein %
Met.Energi, Kcal/Ib
Starter, 0-8 mgg
20.0
1325-1375
Grower, 9-16 mgg
16.0
1375-1425
Finisher, 19-afkir
17 %
1450-1500
Sumber : Kartasujana (2005)

c.    Pemberian minum
Pemberian air minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
·      Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu :minggu ke-1 (1-7 hari1,8 lliter/hari/100 ekor.
·      Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor; minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor; minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor.
·      Untuk pemberian air minum pada hari pertama DOC datang hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
D.  Pemeliharaan Fase Starter, Pertumbuhan dan Produksi
1.    Pemeliharaan anak ayam petelur (DOC)
Pemeliharaan ternak unggas pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan berdasarkan umurnya yaitu pemeliharaan fase starter, fase pertumbuhan dan fase produksi. Pada jenis ayam petelur, yang di maksud dengan fase starter yaitu dari umur satu hari sampai dengan umur 6 minggu, Cara-cara pemeliharaan pada anak ayam broiler maupun anak ayam petelur dari umur satu hari sampai bulunya tumbuh sempurna, umumnya sama. Untuk jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:
·      Kandang tempat pemeliharaan harus terpisah dari tempat pemeliharaan ayam dewasa, agar tidak terjadi penularan penyakit yang mungkin pada ayam dewasa tidak terlihat tetapi pada anak ayam bisa timbul, bahkan pegawainya juga harus khusus.
·      Ransum dan air minum harus tersedia dalam jumlah yang cukup, dijaga agar tempat ransum/air minum jangan sampai kosong. Pada saat anak ayam dimasukkan ke tempat pemeliharaan, air minum harus disediakan dan ransum diberikan setelah tiga jam berikutnya). Ransum bisa ditaburkan diatas box bekas pengiriman anak ayam, diatas baki atau diatas kertas penutup.
·      Temperatur udara sekeliling induk buatan yang sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak ayam adalah 95° F (35° C) dari mulai umur satu hari sampai dengan umur satu minggu. Selanjutnya setiap minggu berikutnya, temperatur induk buatan diturunkan 5o F sampai pertumbuhan bulu anak ayam tersebut tumbuh sempurna.
Gambar 1. Lingakaran pemanas DOC
Sumber : Gallu (2007)
Keterangan :
·      Ada gangguan angin yang deras yang masuk ke kandang.
·      Temperatur pemanas terlalu rendah sehingga anak ayam berkumpul di sekitar pemanas.
·      Temperatur pemanas terlalu tinggi sehingga anak ayam menjauhi pemanas.
·      Temperatur pemanas dalam keadaan cukup sehingga anak ayam tersebar merata dalam tempat pemeliharaan.
2.    Pemeliharaan fase pertumbuhan pada ayam petelur (grower)
Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6 – 14 minggu dan antara umur 14 – 20 minggu. Namun demikian pada umur 14 – 20 minggu pertumbuhannya sudah menurun dan sering disebut dengan fase developer (fase perkembangan) Sehubungan dengan hal ini maka pemindahan dari kandang starter ke kandang fase pertumbuhan yaitu antara umur 6 – 8 minggu.
Ada beberapa sistem lain yang bisa dilakukan dengan tidak memindahkan ayam tersebut agar tidak stress yaitu dengan cara :
a.    Dari sejak anak ayam sampai fase pertumbuhan tetap dipelihara dalam bangunan kandang yang sama. Dengan demikian pemindahan hanya dilakukan pada saat menjelang berproduksi (umur 18 – 21 minggu). Kandang sudah disiapkan untuk mampu menampung sampai mencapai umur 21 minggu.
b.    Pemeliharaan dari sejak anak ayam, fase pertumbuhan sampai akhir bertelur tetap menggunakan kandang yang sama. Perlu diperhitungkan tentang kepadatannya, ventilasi kandang dan kondisi litter yang digunakan.
c.    Dalam memelihara ayam petelur fase pertumbuhan, ransum yang diberikan jangan terlalu banyak sebab ayam tersebut akan cepat menjadi gemuk terutama pada ayam petelur tipe medium. Kerugian dari ayam terlalu gemuk yaitu :
·      Total produksi per tahun akan menurun.
·      Angka kematian meningkat.
·      Cepat mencapai dewasa kelamin dan menyebabkan telur yang dihasilkan kecil-kecil serta dalam periode waktu yang lama baru dicapai produksi telur yang besar.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas ada beberapa metode pembatasan ransum pada saat fase pertumbuhan agar ayam tidak terlalu gemuk, diataranya dengan :
a.    Mengurangi jumlah ransum yang diberikan Dari hasil penelitian ternyata dengan mengurangi 10 % dari jumlah ransum ayam yang diberikan ad libitum, tidak mengurangi produksi telur pada saat fase produksi.
b.    Membatasi waktu pemberian ransum. Pada perusahaan pembibitan biasanya dengan cara memberi makan selama 6 hari dalam seminggu dan hari ke-7 tidak diberi makan. Hal ini sangat tergantung kepada berat badan yang dapat dicapai oleh ayam tersebut. Apabila pada umur 12 minggu berat badannya masih dibawah target, hal inimerupakan indikasi pertumbuhan yang kurang baik dan pemberian ransum harus diperbaiki.
c.    Sebaliknya apabila pada umur 12 minggu masih terlalu berat, maka pembatasan pemberian ransum harus terus dilanjutkan sehingga pada saat mencapai dewasa kelamin berat badan yang dianjurkan dapat tercapai.
d.   Berat badan yang dianjurkan untuk ayam tipe ringan pada saat mencapai dewasa kelamin yaitu sekitar 1,5 kg dan untuk ayam tipe medium 1,8 kg ± 10%. Untuk mengetahui berat badan tidak perlu semuanya ditimbang tetapi cukup mengambil contoh 10% dari jumlah ayam yang ada. Dari hasil penimbangan ini kita dapat menduga apakah ayam yang kita pelihara terlalu gemuk/tidak.
3.    Pemeliharaan ayam petelur fase produksi (Layer)
Setelah ayam fase pertumbuhan mencapai umur 18 minggu, ayam ini sudah bisa dipindahkan ke kandang ayam petelur (fase produksi), tidak memindahkan ayam yang sudah mulai berproduksi (jangan terlambat). Pemeliharaan ayam petelur ini dapat dlakukan dalam kandang sistem litter atau sistem cage (kandang baterai).


a.    Pemeliharaan ayam petelur dalam sistem litter
Luas kandang yang diperlukan untuk tiap jenis ayam petelur berbeda, tergantung pada besar badan ayam dan temperatur lingkungan. Untuk jenis ayam petelur tipe ringan cukup 5- 6 ekor/m2, untuk tipe medium 3 – 4 ekor/m2 dan untuk tipe berat 2 – 3 ekor/m2. Pemeliharaan ayam petelur dalam kandang sistem litter tidak boleh terelalu padat, bila terlalu pada akan menyebabkan ayam gemuk produksi rendah, kanibalisme dan angka kematian cukup tinggi.. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada fase bertelur biasanya dalam bentuk:
·      Campuran bentuk tepung dan biji-bijian, ransum seperti ini biasanya bila kita menyusun sendiri. Bentuk bijinya biasanya berasal dari jagung giling pecah dan bagian halusnya biasanya dari bungkil kelapa, bungkil kedele yang digiling halus serta dedak halus.
·      Bentuk tepung (mash), biasanya digunakan untuk tempat ransum yang menggunakan mesin otomatis di perusahaan-perusahaan besar.
·      Bentuk pellet, Bentuk ransum yang seperti ini lebih tahan lama disimpan.
·      Crumble, yaitu ransum berbentuk butiran tetapi ukurannya tidak sama yang lebih menyerupai pecahan-pecahan dari pellet.
·      Penggantian ransum fase pertumbuhan oleh ransum layer, umumnya diberikan setelah ayam tersebut mencapai produksi 5% yaitu dari ransum dengan energi 2900 kkal/kg dan protein 15% (ransum grower) dengan ransum fase produksi yang energinya 2850 kkal/kg serta proteinnya 18%.
Selama fase produksi sebaiknya dalam kandang pemeliharaan diberikan cahaya rata-rata 16 jam/hari dan cahaya tambahan ini bisa menggunakan cahaya lampu yang tujuannya untuk membantu meningkatkan produksi telur. Manfaat lain dari pemberian cahaya tambahan ini, terutama pada malam hari yaitu pada saat temperatur udara sudah menurun maka ayam bisa makan lebih banyak karena pada saat udara panas (siang hari) ayam akan makan sedikit sehingga produksinya akan turun. Pada saat permulaan bertelur, kadang-kadang timbul sifat kanibalisme yaitu kebiasaan jelek untuk mematuk-matuk telur atau mematuk-matuk teman sendiri.
b.    Pemeliharaan ayam petelur dalam sistem cage (Baterai)
Pada saat ayam menjelang berproduksi (umur 18 minggu) selain dipindah ke kandang litter juga bisa dipindah (dipelihara) ke sistem cage. Bahan kandang cage ini bisa dibuat dari bahan yang sangat sederhana misalnya dari bambu/kayu atau dibuat dari besi beton. Dalam satu cage bisa ditempati oleh satu ekor ayam petelur, 2 ekor atau lebih.
Keuntungan dari ayam petelur yang dipelihara dalam kandang sistem cage yaitu pemeliharaan lebih mudah, telur lebih bersih, culling (afkir) dapat dilakukan dengan baik, sifat mengeram dapat dikurangi dan lebih banyak yang dapat dipelihara (ditampung).Untuk ayam-ayam yang dipelihara di daerah panas, sebaiknya dalam kandang diberi lampu penerang pada malam hari. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan produksi telur dan memberikan kesempatan pada ayam untuk makan pada malam hari. Ayam petelur pada umumnya mulai berproduksi antara umur 22 –24 minggu dan ayam dikatakan mulai berproduksi apabila produksinya telah mencapai 5 %.
Secara bertahap produksinya akan terus meningkat dan pada umur 36 – 38 minggu akan mencapai puncaknya, kemudian akan menurun dan pada umur 72 – 74 minggu ayam tersebut sudah tidak produktif lagi. Tanda-tanda ayam yang sudah tidak produktif lagi yaitu :
·      Jenggernya relatif mengecil, agak berkerut dan bersisik serta berwarna pucat.
·      Mata relatif kurang bersinar.
·      Anus mengecil, berbentuk bundar, kering dan berkerut.
·      Bila diraba perutnya agak keras.
·      Jarak antara kedua ujung tulang pubis biasanya lebih kecil daripada dua jari orang dewasa.
Sebaliknya jika ayam -ayam masih produktif bisa dilihat dari :
·      Jengger relatif membesar, terasa lunak bila diraba dan umumnya berwarna merah.
·      Mata lebih bersinar.
·      Anus membesar, berbentuk oval, agak basah.
·      Bila diraba perutnya terasa agak lunak.
·      Jarak antara kedua ujung tulang pubis biasanya selebar 2 – 3 jari tangan atau lebih.
Sejumlah ayam petelur yang dipelihara dalam kandang, kadang-kadang dijumpai individu-individu yang kurang produkif. Oleh karena itu dilakukan pengafkiran (culling) terutama pada saat mencapai umur 15 –16 bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan efisiensi produksi secara keseluruhan. Culling ini biasanya didasarkan pada tanda-tanda diatas.
Berbicara mengenai produksi telur, biasanya dikenal istilah hen-housed dan hen-day production. Hen-housed production yaitu produksi telur yang didasarkan kepada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang. Hen-day production yaitu produksi telur dari kelompok yang didasarkan kepada jumlah petelur yang ada setiap saat pada jarak waktu tertentu. Standar produksi telur yang baik berdasarkan hen-day production yaitu sekitar 73% per tahun.
E.  Pengendalian Penyakit
Penyakit yang terjadi pada ternak ayam, umumnya timbul bila keadaan pemeliharaan kurang baik, kondisi kandang yang tidak memenuhi syarat kesehatan (sinar matahari yang kurang atau tidak masuk sama sekali), disertai pemberian ransum yang kurang sempurna. Akibat dari serangan penyakit ini menyebabkan kerugian yang sangat besar pada peternakan. Untuk menjaga agar ayam yang dipelihara tetap sehat, upaya-upaya yang dilakukan dengan melalui sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan, diantaranya :
·      Menjaga kondisi litter tetap kering dan bersih.
·      Ventilasi kandang yang cukup.
·      Tempat pemeliharaan anak ayam, terpisah dari ayam dewasa.
·      Pemberian ransum yang baik kualitas dan kuantitasnya.
·      Jangan banyak pegunjung ke kandang ternak ayam karena dikhawatirkan akan menularkan penyakit.
·      Ayam yang sakit harus segera dipisahkan dan ditempatkan pada kandang khusus (kandang karantina) agar penyakitnya tidak menyebar pada ayam yang masih sehat.
·      Burung-burung liar atau hewan lainnya dijaga agar tidak bisa masuk ke kandang.
·      Air minum yang diberikan harus bersih dan setiap akan mengganti air minum tempatnya harus dibersihkan dulu.
Namun demikian, walaupun pencegahan tersebut diatas telah dilaksanakan dengan baik tetapi sering dijumpai ayam tersebut terserang penyakit unggas menular yang ganas, misalnya penyakit Tetelo (ND), Coryza, IB, EDS dan lainnya. Untuk mencegah penyakit seperti ini biasanya dilakukan dengan melalui vaksinasi dan jenis penyakit unggas yang menular ini cukup banyak. Vaksinasi dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar tidak terserang penyakit yang bersangkutan. Vaksinasi ini bisa dilakukan dengan tetes mata, tetes mulut, melalui air minum dan suntikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan kalau kita akan melakukan vaksinasi yaitu:
·      Vaksin yang digunakan belum habis masa pakainya.
·      Vaksin harus disimpan pada temperatur yang rendah (dalam termos es, kulkas, kantong plastik yang berisi es) dan hindarkan terkena sinar matahari.
·      Ayam yang divaksin harus dalam kondisi yang sehat.
·      Vaksin yang sudah dilarutkan harus habis dipakai, tidak boleh lebih dari 4 jam.
·      Pelaksanaan vaksinasi dianjurkan dilakukan pada sore hari atau pagi hari.
Cara melakukan vaksinasi bisa dilakukan dengan tetes mata, yaitu dengan meneteskan vaksin yang telah dilarutkan dalam cairan dapar sebanyak satu tetes (1 dosis)  kedalam  mata  anak  ayam  atau  ayam dewasa. Tanda  bahwa
vaksin tersebut masuk kedalam matanya, ayam tersebut terlihat berkedip-kedip sebagai tanda ingin mengeluarkan cairan dari dalam matanya. Vaksinasi tetes mata ini merupakan tahap permulaan.
Vaksinasi dengan melalui air minum dilakukan dengan cara tidak memberi minum dulu sebelumnya selama ± 3 jam. Setelah 3 jam air minum yang mengandung vaksin diberikan, dengan harapan bisa habis. Vaksinasi dengan menggunakan suntikan, yaitu vaksin yang disuntikan pada daging dada atau paha. Jumlah ayam yang dapat divaksin biasanya sudah diatur dalam kemasan, misalnya dalam satu ampul cukup untuk 100 ekor, 500 ekor, 1000 ekor. Banyaknya volume yang disuntikan sangat tergantung kepada ataran yang di anjurkan.
Setelah vaksinasi sebaiknya diberikan vitamin-vitamin agar kondisi tubuhnya tidak menurun. Juga obat cacing perlu diberikan pada saat fase produksi dengan interval 2 bulan. Serangan dari penyakit ini umumnya agak rendah apabila vaksinasi telah dilakukan dengan baik yang disertai dengan sanitasi dan tatalaksana pemeliharan yang baik pula.
Pada anak ayam dan ayam dewasa, baik pada air minum atau ransum biasanya diberikan obat anti coccidioscis yaitu penyakit yang menyerang anak ayam dan ayam dewasa dengan angka kematian yang tinggi. Macam-macam coccidiostat (obat anti coccidioscis) dapat dibeli di perusahaan obat hewan atau Poltry Shop dan toko makanan ayam misalnya.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak unggas (ayam petelur ), diantaranya jenis bakteri, virus, parasit, jamur dan protozoa.

a.    Penyakit bakteri
·      Pullorum (Berak putih)
Menyerang ayam kampung dan ayam petelur dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika
·      Fowl typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/ preparat sulfa.
·      Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri dari genus Salmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
·      Kolera unggas
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab: pasteurella multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/ Streptomisin).
b.    Penyakit virus
·      Newcastle Disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
·      Infeksi Bronchitis (IB)
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%.
·      Infeksi laryngotracheitis (ILT)
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol atau formalin. Pengendalian: belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini, sedangkan pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
·      Fowl fox
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.
c.    Penyakit parasit
·      Cacing
Penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
·      Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat.



BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A.  Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai pada tanggal 04 Juni sampai 04 Agustus 2015 bertempat di Dusun Janna-jannayya Desa Bonto Majannang Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.
B.  Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dengan mengikuti secara langsung semua kegiatan pemeliharaan ayam petelur. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara:
1.    Observasi/pengamatan
Observasi merupakan suatu metode yang digunakan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung serta mencari dan mencatat tentang berbagai hal yang ada hubungannya dengan manajemen perkandangan di CV. Wahyu Mandiri.
2.    Interview/wawancara
Metode ini merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pembimbing lapangan atau pihak-pihak yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih jelas mengenai manajemen pemeliharaan.


3.    Praktek Lapangan
Kegiatan ini merupakan keikutsertaan dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan ayam petelur sehingga dapat mengetahui serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dan memperoleh pengalaman serta wawasan kerja secara langsung.
4.    Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi atau referensi pendukung yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal, majalah ilmiah dan lain sebagainya.
C.  Jenis Data
Adapun data yang diperoleh terdiri dari :
1.    Data primer yaitu data yang dihimpun dari sumber informasi. Data ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung serta melakukan wawancara kepada pegawai/karyawan, pembimbing lapangan, manajer farm serta pihak-pihak yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih jelas.
2.    Data sekunder yaitu data yang dihimpun dari sumber data yang telah ada yang didapat dari studi pustaka seperti buku, majalah, jurnal, prosiding, internet, monografi dan referensi yang lain.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Tinjauan Umum
1.    Kondisi daerah
Desa Bonto Majannang menjadi lokasi peternakan ayam petelur milik H.Husain atau CV. Wahyu Mandiri masuk dalam wilayah Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng (± 10 km dari kota Bantaeng) Provinsi Sulawesi Selatan. Mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat desa ini adalah sebagai petani dengan padi sebagai tanaman utamanya dan juga sebagian adalah jagung, selain itu sebagian besar juga masyarakat setempat mempunyai usaha peternakan ayam petelur.
Keadaan daerah ini sangat cocok untuk lokasi peternakan ayam petelur karena mempunyai suhu udara berkisar antara 27º C sampai 30º C pada siang hari, pada malam hari berkisar antara 23º C sampai 27º C. Keadaan air untuk peternakan CV.Wahyu Mandiri menggunakan sumber air pegunungan yang berada di desa setempat. Kebutuhan air pada peternakan H.Husain selalu tercukupi, walaupun musim kemarau panjang air masih tersedia. Keadaan ini sangat mendukung usaha peternakan, khususnya ayam petelur yang sangat membutuhkan air dalam pemeliharaannya.
2.    Sejarah peternakan
Usaha peternakan CV. Wahyu Mandiri berdiri sejak tahun 2012, itu berarti sekitar 3 tahun yang lalu. Nama pemiliknya adalah H.Husain, beliau adalah guru agama disalah satu Sekolah Menengah Pertama di Bantaeng. Beliau sudah beristri dan di karuniai 3 orang anak. CV. Wahyu Mandiri ini didirakan karena menurut sang pemilik, prospek peternakan dari tahun ke tahun ini sangat baik karena semua orang pasti membutuhkan makanan penghasil protein yang pastinya berasal dari sumber hewani yaitu ayam petelur, jadi itulah mengapa usahanya itu didirikan.
Awalnya populasi CV.Wahyu Mandiri adalah 500 ekor, sekarang bertambah 200 ekor yang berarti jumlah keseluruhan adalah 700 ekor. Nama CV. Wahyu Mandiri ini diambil dari salah satu nama anak beliau. Kata H.Husain, semenjak beliau mendirikan peternakan ini tingkat kehidupan sosial dan ekonominya meningkat, yang dulunya beliau hanya memakai roda dua sekarang bisa memakai roda empat karena usahanya itu.
B.  Tinjaun Khusus
1.    Manajemen Pemeliharaan
Strain ayam ras yang digunakan oleh peternakan CV. Wahyu Mandiri  adalah ISA Brown. Menurut pemilik strain ISA memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri, strain ini memeliki produksi yang bagus serta cepat mencapai puncak namun mudah terkena penyakit. Produksi ayam petelur yang dihasilkan dari pemeliharaan tersebut adalah 75% - 80% dan memeliki masa produksi 30 minggu.
Malik (2003) menyatakan bahwa budidaya ayam petelur membutuhkan waktu lebih lama dari pada ayam pedaging. Ayam petelur umur 19 minggu sudah mulai berproduksi, ini berarti selama 19 minggu investasi terus ditanamkan tanpa pemasukan. Ditinjau dari segi produktivitas, manajemen pemeliharaan umur 1-19 minggu sangat menentukan produktivitas telur. Apabila manajemen pemeliharaan pada masa pertumbuhan tidak baik maka produksi yang diperoleh tidak akan menunjukkan kualitas produksi yang maksimal.
Alasan peternak memlih strain ISA karena memiliki keunggulan seperti berproduksi sangat tinggi sekitar 90%,  usia produksi 17 bulan, kerabang telur sangat bagus (warna, berat telur), mortalitas sangat rendah dan harga ayam jika di afkir masih bagus.
Pemelihan bibit yang akan dipelihara di peternakan CV. Wahyu Mandiri dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti, karena bibit sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kedepan. Pemelihan bibit didasarkan atas beberapa hal diantaranya, dari segi kesehatan, tingkat kemampuan produksi  dan ciri khas bangsa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemelihan bibit yakni, mata cerah, kloaka bersih, lincah dan bulu bersih jika anak ayam (DOC) tidak  memenuhi persyaratan-persayaratan tersebut maka dilakukan  culling atau dipisahkan dari DOC  yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Johari (2005) yang menyatakan bahwa, dalam memelih bibit ayam petelur harus dilihat dari segi ekonomis serta kemampuan berproduksi tinggi dan cukup menguntungkan.
Usaha yang dilakuakan oleh peternakan  CV. Wahyu Mandiri terhadap anak ayam (DOC) yang baru datang adalah memberikan air minum yang dicampur dengan air gula dengan tujuan memberikan tambahan energi untuk anak ayam yang tercekam (stres) akibat perjalanan dari pembibitan  ke peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994), air gula akan memberikan tambahan tenaga siap pakai untuk anak ayam yang tercekam (stres) akibat perjalan dari pembibitan kepeternakan.
2.    Manajemen Perkandangan
Sistem perkandangan yang diterapkan di peternakan  CV.Wahyu Mandiri merupakan sistem perkandangan intensif, aktivitas ternak sangat terbatas dalam kandang semua kebutuhan hidup ternak tergantung pada yang disediakan dan perlakuan ternak. Kelebihan sistem tersebut memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. membutuhkan modal yang sangat besar untuk pembuatan kandangnya.
a.    Lokasi Kandang
Kandang didirikan pada sebidang tanah datar diareal perkebunan dengan jarak kurang lebih 100 meter dari pemukiman penduduk dan jalan raya. Struktur tanah diareal tersebut padat namun mudah meresap air. Bangunan kandang didirikan pada tanah yang agak ditinggikan sedikit dari tanah sehingga diharapkan kandang tidak kemasukan air dari akibat hujan dan sebagainya.Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Suprijatna (2005), kandang harus jauh dari sumber kebisingan dan jauh dari pemukiman.
b.    Konstruksi Kandang
Kandang ayam layer yang berada di CV.Wahyu Mandiri menggunakan sistem batteray. hal ini sesuai dengan pendapat Wiharto (2000), kelebihan dari model ini adalah kotoran ayam dapat langsung jatuh ke kolong kandang sehingga memudahkan dalam pembersihannya. Prayitno (1996), menyatakan bahwa penggunaan kandang  model batteray ini mempunyai kelebihan jika di bandingkan dengan model kandang lainnya diantaranya: Tingkat produksi tiap ekor dan kesehatan  tiap ekor dapat terkontrol, memudahkan pengontrolan pakan, kanibalisme dapat terhindar dan penyakit tidak mudah menular.
Batteray disusun 3 tingkat memanjang. Menurut prayitno (1996) penyususunan cage dan jumlah tingkat yang digunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
·      Susunan cage harus memudahkan kegiatan pekerja
·      Susunan cage maksimal 3 tingkat
·      Susunan cage harus memudahkan dalam pengambilan kotoran
·      Susunan cage harus mempertimbangkan tinggi, luas kandang dan model yang ada.
Bentuk kandang batteray yang digunakan pada peternakan tersebut yaitu kandang batteray yang disusun seperti tangga dengan ukuran tiap kotak dengan  panjang 39 cm, lebar 22 cm, tinggi belakang 31 cm dan tinggi depan 33 cm dengan kemiringan 5 cm. Ukuran ini hampir sama dengan pendapat wiharto (2002), bahwa ukuran kandang batteray adalah panjang 40 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 40 cm setiap ekor. Tiap kotak batteray berisikan satu ekor ayam. Jarak jalan tengah antara deretan satu dengan lainya 100 cm. Ukuran ini tidak telalu sempit sehingga ayam tidak mengalami kesulitan bergerak. Kebebasan bergerak ini akan menimbulkan ayam menjadi tidak stress sehingga kandang mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika kandang sudah mampu memberikan rasa aman, segar dan bebas bergerak  berarti kandang tersebut sudah memenuhi syarat. Sedangkan ukuran kandang di peternakan ini adalah panjang kandang 25 m, lebar 5,25 m dan tinggi kandang dari atap ke tanah 4 m.
c.    Atap
Bentuk atap mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang dan sebaliknya. Oleh karena itu atap harus sesuai dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan kandang. Kandang ayam petelur fase layer di CV.Wahyu Mandiri menggunakan jenis atap A.
d.   Dinding
Dinding kandang pada CV.Wahyu Mandiri menggunakan jenis dinding tertutup. Mengunakan dinding yang terbuat dari bambu. Hal ini sesuai pendapat Malik (2001),  di daerah subtropis dinding umumnya tertutup dan menggunakan foam (bahan stry foam untuk membuat dinding kedap temperatur) atau bahan rapat lainya.
e.    Lantai
Lantai  yang digunakan adalah lantai jenis padat atau rapat yang bahannya dari tanah.
3.    Manajemen Kesehatan/ Sanitasi
Sanitasi lingkungan kandang dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan sekitar kandang dari sampah dan kotoran. Hal ini dilakukan dengan cara menyapu lingkungan sekitar kandang yang dilakukan setiap hari. Sanitasi bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan penyakit yang disebabkan karena lingkungan yang kotor.
Program sanitasi yang dilakukan oleh peternakan CV.Wahyu Mandiri sudah cukup bagus, tetapi masih ada kekurangannya yaitu pada waktu melaksanakan manajemen setiap hari dan pelaksanaan vaksinasi para pekerja tidak disterilisasi terlebih dahulu, pada waktu istirahat para pekerja tersebut bebas keluar masuk lingkungan kandang. Hal ini akan sangat memungkinkan adanya suatu penularan penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi bukan hanya kontak langsung dengan ayam yang sakit, lewat pakan dan air minum, tetapi juga dapat terjadi karena ada tenaga kerja yang membawa bibit penyakit tersebut dan tenaga kerja tersebut tidak steril. Vaksinasi juga dilakukan yaitu 1 kali satu bulan.
4.    Manajemen Pakan
Manajemen pakan yang dilakukan pada CV.Wahyu Mandiri  adalah mencampur sendiri yang didasarkan atas kandungan protein, formulasi pakan untuk periode layer dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Formulasi Ransum Ayam Petelur Periode Layer Kadar Protein 19% /ton
Nama Bahan
Jumlah (kg)
Jagung
1002,5
Bekatul
342
Bungkil Kedelai Kering
182
Pmm (Tepung ayam)
105,5
Mbm (Tepung daging sapi)
85
Rape Seed (Tepung hijauan)
42,5
Calcid
128,5
T 36
100
Premix
2,9 + 9
Jumlah
2000 kg
Pemberian pakan di CV. Wahyu Mandiri dilakukan secara manual (tenaga manusia), dua kali sehari, pagi hari jam 08.00 WIB sebanyak 50% dan siang hari pukul 13.00 WIB sebanyak 50%. Pakan yang diberikan hanya tiga perempat dari volume tempat pakan dengan tujuan untuk menghindari pakan tumpah atau tercecer. Wiharto (1986), menjelaskan bahwa untuk menghindari pakan tumpah, pemberian pakan diatur sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan dapat dilakukan 2-3 kali sehari. Pakan diberikan langsung dari karung goni isi 50 kg yang telah dibagi menjadi 4 bagian.



BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1.    Strain ayam ras yang digunakan oleh peternakan CV. Wahyu Mandiri  adalah ISA Brown. Menurut pemilik strain ISA memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri, strain ini memeliki produksi yang bagus serta cepat mencapai puncak namun mudah terkena penyakit. Produksi ayam petelur yang dihasilkan dari pemeliharaan tersebut adalah 75% - 80% dan memeliki masa produksi 30 minggu.
2.    Sistem perkandangan yang diterapkan di peternakan  CV.Wahyu Mandiri merupakan sistem perkandangan intensif, aktivitas ternak sangat terbatas dalam kandang semua kebutuhan hidup ternak tergantung pada yang disediakan dan perlakuan ternak. Kelebihan sistem tersebut memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. membutuhkan modal yang sangat besar untuk pembuatan kandangnya.
3.    Program sanitasi yang dilakukan oleh peternakan CV.Wahyu Mandiri sudah cukup bagus, tetapi masih ada kekurangannya yaitu pada waktu melaksanakan manajemen setiap hari dan pelaksanaan vaksinasi para pekerja tidak disterilisasi terlebih dahulu, pada waktu istirahat para pekerja tersebut bebas keluar masuk lingkungan kandang. Hal ini akan sangat memungkinkan adanya suatu penularan penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi bukan hanya kontak langsung dengan ayam yang sakit, lewat pakan dan air minum, tetapi juga dapat terjadi karena ada tenaga kerja yang membawa bibit penyakit tersebut dan tenaga kerja tersebut tidak steril. Vaksinasi juga dilakukan yaitu 1 kali satu bulan.
4.    Manajemen pakan yang dilakukan pada CV.Wahyu Mandiri  adalah jenis pakannya jagung dan dedak. Pakan tersebut dicampur, jagung 75 kg sedangkan dedak 60 kg dan dicampur sengan promix. Pakan tersebut untuk 2 hari sekali pencampuran dan dua kali pemberian pakan dalam sehari yaitu pagi dan sore. Komposisi nilai nutrisi jagung adalah protein 9.2 g, lemak 4.6 g, karbohidrat 73.0 g, serat kasar 2.8 g, Ca 26.0 mg dan Fe 2.7 mg. Sedangkan nilai nutrisi dari dedak adalah energi metabolis 2400 kkal/kg, protein kasar 120%, fosfor 1.0%, kalsium 0.20%, metionin 0.25% dan lisin 0.45%.
B.  Saran
Adapun saran dari hasil PKL ini adalah sebaikmya sebelum mahasiswa keluar untuk PKL, harusnya sudah mendapat pengalaman dari dalam kampus agar mahasiswa dapat menyalurkan langsung ilmunya kepada  peternak.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Management Peternakan Ayam. http://www.glory-farm.com. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).

BAPPENAS. 2010. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas: Jakarta.

Deptan (Departemen Pertanian). 2013.www. deptan. go. id/ pesantren/ bkp/ PKP/ pedoman_ umum.html. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).

Gallu. 2007. Budidaya Peternakan. http://warintek.bantulkab.go.id. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).

Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya: Jakarta

Matitaputy, R.Procula. 2006. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Periode Starter di daerah Tropis. http://maluku.litbang.deptan.go.id. (Diakses Tanggal 1 Oktober 2015).

Rasyaf. M. 1989. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia: Jakarta.

North. M.O. 1990. Commercial Chiken Production Manual.Van Nostrand Reinho.

Ruhyat K. 2001. Teknik Produksi Ternak Unggas. Modul Program Keahlian Budidaya Ternak, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Zulfikar. 2009. Penggunaan dan Pelaksanaan Vaksin Yang Benar, Makalah disampaikan pada “Pelatihan Kader Vaksinator Gampong Berdampak Positif Terhadap Penyakit Unggas” Dinas Pertanian dan Peternakan. Kabupaten Pidie Jaya. Aceh

 ______, 2012. Manajemen Ternak Unggas. Modul. Sekolah Pengamat Kehewanan (SPK) Saree, Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh.

______, 2013. Manajemen Agribisnis dan Pengolahan Hasil Peternakan. Makalah yang di sampaikan Pada Kegiatan Pelatihan Petani Bidang Peternakan. Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kabupaten Bireuen.
DAFTAR LAMPIRAN
1.      Foto-Foto PKL
2.      Kegiatan Harian
3.      Fotokopi Surat Permohonan Lokasi PKL
4.      Fotokopi Surat Balasan dari Lokasi PKL
5.      Fotokopi Surat Berita Acara Seminar Laporan PKL
6.      Daftar Nilai dari Pembimbing Lapangan
7.      Daftar Nilai dari Pembimbing Jurusan
8.      Daftar Akumulasi Nilai PKL dari ketua Jurusan
9.      Kertas Konsultasi Laporan PKL



FOTO KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


 


TABEL KEGIATAN HARIAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
No
Hari /Tanggal
Rincian Kegiatan
Paraf
1.
Senin,  08 Juni 2015
Peninjauan dan perkenalan dengan peternakan CV.Wahyu Mandiri

2.
Selasa, 09 Juni 2015
Mencampur pakan jagung dengan dedak

3.
Rabu, 10 Juni 2015
Menyapu di luar kandang

4.
Kamis, 11 Juni 2015
Mengangkut telur

5.
Jum’at, 12 Juni 2015
Memberi minum ayam

6.
Senin, 15 Juni 2015
Menggiling jagung di tempat penggilingan pakan

7.
Selasa, 16 Juni 2015
Memberi pakan pada ternak ayam

8.
Rabu, 17 Juni 2015
Pemberian vaksin cair yang dicampur ke air minum

9.
Kamis, 18 Juni 2015
Mengangkut telur ke rak telur

10.
Jum’at, 19 Juni 2015
Melakukan pembersihan kandang dan lingkungan kandang

11.
Senin, 22 Juni 2015
Membuat pakan untuk ternak ayam petelur

12.
Selasa, 23 Juni 2015
Mengumpulkan feses ayam ke dalam karung

13.
Rabu, 24 Juni 2015
Memberi minum ternak ayam

14
Kamis, 25 Juni 2015
Memperbaiki pipa yang bocor di CV.Wahyu Mandiri

15.
Jum’at, 26 Juni
Melakukan pembersihan kandang dan lingkungan kandang

16.
Senin, 29 Juni 2015
Memberikan pakan ternak ayam petelur

17.
Selasa, 30 Juni 2015
Melakukan kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan kandang

18.
Rabu, 01 Juli 2015
Mengangkut telur ayam ke rak telur

19.
Kamis, 02 Juli 2015
Memberi pakan ke ayam

20.
Jum’at, 03 Juli 2015
Melakukan pembersihan rutin kandang dan sekitarnya

21.
Senin, 06 Juli 2015
Melakukan kunjungan di peternakan ayam petelur milik masyarakat desa Bonto Majannang Kab. Bantaeng

22.
Selasa, 07 Juli 2015
Menggiling Jagung di tempat penggilingan

23.
Rabu, 08 Juli 2015
Memberi minum pada ternak ayam petelur

24.
Kamis, 09 Juli 2015
Mengangkut telur ayam ke rak ayam

25.
Jumat, 10 Juli 2015
Melakukan pembersihan rutin di kandang dan sekitarnya

26.
Senin, 13 Juli 2015
Mencampur pakan jagung dengan dedak dan penambahan promix

27.
Selasa, 14 Juli 2015
Memperbaiki kandang yang rusak

28.
Rabu, 15 Juli 2015
Mengumpulkan feses ke dalam karung

29.
Kamis, 16 Juli 2015
Melakukan kunjungan di peternakan desa setempat

30.
Jum’at, 17 Juli 2015
Melakukan pembersihan rutin di kandang dan sekitarnya

31.
Senin, 20 Juli 2015
Memberi pakan yang sudah di campur ke ayam petelur

32.
Selasa, 21 Juli 2015
Memperbaiki saluran air yang tersumbat di pusat aliran air

33.
Rabu, 22 Juli 2015
Makan bersama di rumah pemilik CV.Wahyu Mandiri

34.
Kamis, 23 Juli 2015
Memberi vaksin cair ke dalam air minum ayam

35.
Jum’at, 24 Juli 2015
Melakukan pembersihan rutin kandang dan sekitarnya

36.
Senin, 27 Juli 2015
Mengangkut telur ayam petelur ke rak telur

37.
Selasa, 28 Juli 2015
Memberi minum ayam petelur

38.
Rabu, 29 Juli 2015
Mencampur pakan jagung dengan dedak dan penambahan promix

39.
Kamis, 30 Juli 2015
Mengangkut fese ayam ke dalam karung

40.
Jum’at, 31 Juli 2015
Melakukan pembersihan rutin kandang dan sekitarnya

41
Senin, 03 Agustus 2015
Acara perpisahan di CV.Wahyu Mandiri

42
Selasa, 04 Agustus 2015
Penarikan Praktek Kerja Lapangan di CV.Wahyu Mandiri




                     KEMENTRIAN AGAMA R.I.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
                    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
               JURUSAN ILMU PETERNAKAN
     Kampus II :  Jl. Sultan Alauddin No. 36 Telp. 5622375 – 424835 (Fax 424836)
NILAI PELAKSANAAN DAN LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG

Berdasarkan pelaksanaan dan laporan Praktek Kerja Lapangan oleh mahasiswa(i) dibawah ini :
Nama               : EDY SUDRAJAT
Nim                 : 60700112066
Judul PKL       : Manajemen   Pemeliharaan  Ternak  Ayam  Ras  Petelur  di  Desa
  Bonto Majannang Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng


Menurut pengamatan dan penelitian selama Praktek Kerja Lapangan maka diberikan nilai sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (1 – 40)
a.       Kehadiran (1 -5)                                                         :
b.      Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (1 – 15)               :
c.       Kondite dan kerja sama (1 – 20)                                 :
2.      Laporan Praktek Kerja Lapang (1 – 40)
a.       Laporan kegiatan harian (1 – 10)                                :
b.      Laporan akhir Praktek Kerja Lapang (1 – 30)            :
Demikian nilai ini diberikan kepada yang bersangkutan.
Bantaeng,       Oktober 2015
     Pembimbing Lapangan     


           ( Syamsuddin )



FORMAT PENILAIAN SEMINAR JURUSAN
SEMESTER GANJIL.T.A 2015-2016

Nama Mahasiswa        : EDY SUDRAJAT
NIM                            : 60700112066
Judul                           : Manajemen  Pemeliharaan  Ternak  Ayam  Ras  Petelur di
Desa  Bonto   Majannang   Kecamatan   Sinoa  Kabupaten      
Bantaeng

NO
Aspek Penilaian
Bobot Nilai
Skor
1
2
3
4
5
6
Topik/tema
Tujuan dan Manfaat
Tinjauan Pustaka
Teknik Penulisan
Hasil dan Pembahasan
Penguasaan Materi
1-10
1-20
1-10
1-20
1-20
1-20

Total Nilai


Nilai Akhir      : A – B – C – D – E – T

Nilai
1.      A = 80 < .... ≤ 100
2.      B = 70 < .... ≤ 80
3.      C = 60 < .... ≤ 70
4.      D = 50 < .... ≤ 60
5.      E =              ≤ 50



Samata-Gowa,        Oktober 2015
         Pembimbing/ Penguji


           (  Muh. Nur Hidayat, S.Pt, M.P )
   NIP: 19750909 200912 1 001

Rekapitulasi Nilai Praktek Kerja Lapang mahasiswa(i) Jurusan Ilmu Peternakan
No
Jenis Penilaian
Nilai
Ket
1
2
3
Pembimbing Utama (Jurusan )
Pembimbing Anggota (Lapangan)
Seminar


                                                 Total



Nilai Akhir                  : A – B – C – D – E
Rentang Nilai              :
A : 80 <…….. ≤ 100
B : 70 <………≤ 80
C : 60 <………≤ 70
D : 50 <………≤ 60
E :        ……….≤ 50
Cara Penilaian :
N1 = Nilai pembimbing lapangan (80%)
N2 = Nilai pembimbing jurusan    (80%)
N3 = Seminar                                  (20%)
PKL  =  ( ΣN1 + Σ N2  )  +  N3
                                  2
                                                                                             Ketua Jurusan



                                                                              (Dr. Ir. Muh. Basir Paly, M.Si)

                                                                                NIP : 19590712 198603 1 002

Comments

Popular posts from this blog

Laporan Lengkap PKL Manajemen Pemeliharaan Ternak Ayam Ras Petelur